Rabu, 04 Desember 2013



                    PERIODE TAHUN 2000-TAHUN 2010





Sesuai dengan program pemerintah, pembangunan terus  dilaksanakan, baik yang dilakukan oleh warga banjar Batur Sari sebagai perorangan maupun yang dikoordinir oleh Banjar.  Begitu juga jumlah penduduk di banjar Batur Sari ini, dengan pesat jumlahnya terus bertambah. Sekarang ini jumlah penduduk Batur Sari sudah mencapat 176 orang (lihat daftar penduduk). 

Untuk katagori jumlah penduduk ini,  banjar membagi menjadi 2 katagori yaitu penduduk tetap dan sementara. Penduduk tetap artinya  yang mempunyai tempat tinggal tetap/milik sendiri.  Sedangkan  penduduk sementara adalah yang  tidak mempunyai tempat tinggal tetap.  Maka itu hak dan kewajibannya juga sedikit berbeda. 

Seperti telah  dikatakan di atas, selain banjar Batur Sari  tercatat sebagai banjar dinas di Desa Kesiman Kertalangu, banjar Batur Sari  juga tercatat sebagai desa adat di Desa Kesiman.  Maka itu banjar Batur Sari,  juga mempunyai hak yang sama dengan banjar lain yang ada di lingkungan Desa Kesiman.  Misalnya  dibolehkannya banjar Batur Sari  memakai setra/seme yang berlokasi di Jalan Waribang.  Juga berhak muspa di pura Puseh, Dalem dan pura Bale Agung  Desa Kesiman.

Selain itu juga banjar Batur Sari boleh memamfaatkan Lembaga Perkreditan Desa.  Tetapi kewajibannya  juga sama dengan banjar-banjar yang lain yang ada di lingkungan Desa Adat Kesiman, misalnya melaksanakan upacara pangerebongan, ikut melaksanakan kewajiban melaksanakan piodalan di pura kahyangan tiga dan ikut perbaikan pura apabila diperlukan.

Pada periode ini, pengurus banjar Batur Sari  ada sedikit pergeseran, karena ada beberapa pengelingsir kami yang sudah meninggalkan kami terlebih dahulu, misalnya Bapak Made Rampug beliau meninggal karena sakit, juga  Bapak Made Sumerata. Padahal tenaga dan sumbangan pikiran beliau sangat dibutuhkan oleh banjar.

Surat Keputusan walikota Nomor 366 Tahun 2000
Tentang Penetapan Dusun/Banjar Persiapan
Menjadi Dusun/Banjar Definitif.









Tetapi nampaknya Tuhan berkehendak lain.  Maka itu kami seluruh warga banjar Batur Sari akan selalu berdoa semoga arwah beliau dapat bersatu dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa sesua amal bakti beliau ketika masih hidup.  Tetapi yang jelas, jasa beliau tidak akan pernah terlupakan oleh kami warga banjar Batur Sari, bahkan akan kami tulis dengan tinta emas di masing-masing hati kami yang terdalam.

Disamping beliau yang meninggalkan kami,  juga ada teman-teman yang mengundurkan diri karena kesibukan di masing-masing rumah tangga.  Misalnya A. A. Ngurah Ketut Ngurah, mengundurkan diri dari jabatan kelian banjar adat, karena alasan tertentu. 

Berselang beberapa harinya   Bapak I Made Suyasa, juga mengundurkan diri dari jabatan bendahara karena beliau sangat sibuk di kantornya. 

Begitu juga dengan  Bapak Made Widia, beliau  mengundurkan diri dari tukang banten karena alasan tertentu yang tidak penulis sebutkan disini.

Ketika A.A. Ngurah Ketut Ngurah  mengundurkan diri dari jabatan keliang banjar adat, teman-teman lain tidak ada yang mau menjabat menjadi kelian banjar adat, agar tidak terjadi kekosongan jabatan kelian adat yang terlalu lama, maka itu jabatan ini dipegang rangkap oleh Bapak I Ketut Berata. 

Maka itu, pengurus banjar berinisiatip mengambil teman-teman dari generasi muda misalnya, I Made Mudita untuk mengisi jabatan bendahara, Drs I Komang Sumardana untuk jabatan wakil Kelian banjar adat.  Penulis sendiri Ir. Putu Januar Ardhana sebagai penyarikan/sekretaris banjar dan sebagai tukang banten.

Khusus upacara pengabenan bapak I Made Rampug ini perlu penulis sampaikan disini, karena sangat penting kaitannya dengan kemampuan banjar untuk melaksanakan upacara adat di masa-masa mendatang.

Terus terang penulis katakan, ketika keluarga bapak I Made Rampug memutuskan upacara pengabenan akan dilaksanakan di banjar ini.  Pengurus banjar merasa sangat kawatir, karena  upacara ngaben adalah upacara yang cukup berat pelaksanaannya, apalagi kami belum  pernah melaksanakannya. 

Tetapi melihat  tekad dan semangat semeton warga banjar Batur Sari ketika itu, serta dorongan keluarga besar bapak I Made Rampug, maka pengurus memberanikan diri untuk melaksanakannya.

Tanda-tanda keberhasilannya sebenarnya sudah nampak ketika dilaksanakan pegebagan/jaga malam. Seperti diketahui, sebelum hari pengabenan, beliau sempat diinapkan selama dua malam, di rumah duka beliau, di Jalan Sekar Sari No. 5.  Selama beliau di rumah duka, seluruh anggota banjar secara antosias ikut magebagan (berjaga malam), termasuk warga yang non hindu.

Akhirnya Dengan semangat yang luar biasa, upacara pengabenan ini  bisa dilaksanakan oleh banjar Batur Sari  dengan sangat lancar tanpa kesulitan yang berarti. Termasuk waktu menggotong wadah/joli ke kuburan, yang ada di Jalan Waribang. Karena ketika itu kami dibantu sepenuhnya oleh warga sementara, yang berasal dari Jawa dan Lombok.  Betul-betul suasana yang sangat mengharukan ketika itu. 

Berbekal keberhasilan pelaksanaan upacara ngaben ini, pengurus berkeyakinan upacara-upacara yang lain pasti dapat kami laksanakan juga.  Apalagi pengurus masih ingat piteketnya Bapak Wayan Tunas (Kepala Desa), bahwa apapun pasti akan dibantu oleh pengelingsir yang terdahulu yang pernah berdiam disini di banjar Batur Sari. Sekarang memang terbukti, upacara yang cukup besar dapat dilaksanakan, astungkara.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar