PERIODE
TAHUN 2000-TAHUN 2010
Sesuai dengan program pemerintah, pembangunan terus dilaksanakan, baik yang dilakukan oleh warga banjar Batur Sari sebagai perorangan maupun yang dikoordinir oleh Banjar. Begitu juga jumlah penduduk di banjar Batur Sari ini, dengan pesat jumlahnya terus bertambah. Sekarang ini jumlah penduduk Batur Sari sudah mencapat 176 orang (lihat daftar penduduk).
Untuk katagori jumlah penduduk ini, banjar membagi menjadi 2 katagori yaitu
penduduk tetap dan sementara. Penduduk tetap artinya yang mempunyai tempat tinggal tetap/milik
sendiri. Sedangkan penduduk sementara adalah yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap. Maka itu hak dan kewajibannya juga sedikit
berbeda.
Seperti telah
dikatakan di atas, selain banjar Batur Sari tercatat sebagai banjar dinas di Desa Kesiman
Kertalangu, banjar Batur Sari juga
tercatat sebagai desa adat di Desa Kesiman.
Maka itu banjar Batur Sari, juga
mempunyai hak yang sama dengan banjar lain yang ada di lingkungan Desa
Kesiman. Misalnya dibolehkannya banjar Batur Sari memakai setra/seme yang berlokasi di Jalan
Waribang. Juga berhak muspa di pura
Puseh, Dalem dan pura Bale Agung Desa
Kesiman.
Selain itu juga banjar Batur Sari boleh memamfaatkan
Lembaga Perkreditan Desa. Tetapi
kewajibannya juga sama dengan
banjar-banjar yang lain yang ada di lingkungan Desa Adat Kesiman, misalnya
melaksanakan upacara pangerebongan, ikut melaksanakan kewajiban melaksanakan
piodalan di pura kahyangan tiga dan ikut perbaikan pura apabila diperlukan.
Pada periode ini, pengurus banjar Batur Sari ada sedikit pergeseran, karena ada beberapa
pengelingsir kami yang sudah meninggalkan kami terlebih dahulu, misalnya Bapak
Made Rampug beliau meninggal karena sakit, juga
Bapak Made Sumerata. Padahal tenaga dan sumbangan pikiran beliau sangat
dibutuhkan oleh banjar.
Surat Keputusan walikota Nomor 366 Tahun 2000
Tentang Penetapan Dusun/Banjar Persiapan
Menjadi Dusun/Banjar Definitif.
Tetapi nampaknya Tuhan berkehendak lain. Maka itu kami seluruh warga banjar Batur Sari
akan selalu berdoa semoga arwah beliau dapat bersatu dengan Ida Sanghyang Widhi
Wasa sesua amal bakti beliau ketika masih hidup. Tetapi yang jelas, jasa beliau tidak akan
pernah terlupakan oleh kami warga banjar Batur Sari, bahkan akan kami tulis
dengan tinta emas di masing-masing hati kami yang terdalam.
Disamping beliau yang meninggalkan kami, juga ada teman-teman yang mengundurkan diri
karena kesibukan di masing-masing rumah tangga.
Misalnya A. A. Ngurah Ketut Ngurah, mengundurkan diri dari jabatan
kelian banjar adat, karena alasan tertentu.
Berselang beberapa harinya Bapak I Made Suyasa, juga mengundurkan diri
dari jabatan bendahara karena beliau sangat sibuk di kantornya.
Begitu juga dengan
Bapak Made Widia, beliau
mengundurkan diri dari tukang banten karena alasan tertentu yang tidak
penulis sebutkan disini.
Ketika A.A. Ngurah Ketut Ngurah mengundurkan diri dari jabatan keliang banjar
adat, teman-teman lain tidak ada yang mau menjabat menjadi kelian banjar adat,
agar tidak terjadi kekosongan jabatan kelian adat yang terlalu lama, maka itu
jabatan ini dipegang rangkap oleh Bapak I Ketut Berata.
Maka itu, pengurus banjar berinisiatip mengambil
teman-teman dari generasi muda misalnya, I Made Mudita untuk mengisi jabatan
bendahara, Drs I Komang Sumardana untuk jabatan wakil Kelian banjar adat. Penulis sendiri Ir. Putu Januar Ardhana
sebagai penyarikan/sekretaris banjar dan sebagai tukang banten.
Khusus upacara pengabenan bapak I Made Rampug ini
perlu penulis sampaikan disini, karena sangat penting kaitannya dengan
kemampuan banjar untuk melaksanakan upacara adat di masa-masa mendatang.
Terus terang penulis katakan, ketika keluarga bapak I
Made Rampug memutuskan upacara pengabenan akan dilaksanakan di banjar ini. Pengurus banjar merasa sangat kawatir,
karena upacara ngaben adalah upacara
yang cukup berat pelaksanaannya, apalagi kami belum pernah melaksanakannya.
Tetapi melihat
tekad dan semangat semeton warga banjar Batur Sari ketika itu, serta
dorongan keluarga besar bapak I Made Rampug, maka pengurus memberanikan diri
untuk melaksanakannya.
Tanda-tanda keberhasilannya sebenarnya sudah nampak
ketika dilaksanakan pegebagan/jaga malam. Seperti diketahui, sebelum hari
pengabenan, beliau sempat diinapkan selama dua malam, di rumah duka beliau, di
Jalan Sekar Sari No. 5. Selama beliau di
rumah duka, seluruh anggota banjar secara antosias ikut magebagan (berjaga
malam), termasuk warga yang non hindu.
Akhirnya Dengan semangat yang luar biasa, upacara
pengabenan ini bisa dilaksanakan oleh
banjar Batur Sari dengan sangat lancar
tanpa kesulitan yang berarti. Termasuk waktu menggotong wadah/joli ke kuburan,
yang ada di Jalan Waribang. Karena ketika itu kami dibantu sepenuhnya oleh
warga sementara, yang berasal dari Jawa dan Lombok. Betul-betul suasana yang sangat mengharukan
ketika itu.
Berbekal keberhasilan pelaksanaan upacara ngaben ini,
pengurus berkeyakinan upacara-upacara yang lain pasti dapat kami laksanakan
juga. Apalagi pengurus masih ingat
piteketnya Bapak Wayan Tunas (Kepala Desa), bahwa apapun pasti akan dibantu
oleh pengelingsir yang terdahulu yang pernah berdiam disini di banjar Batur
Sari. Sekarang memang terbukti, upacara yang cukup besar dapat dilaksanakan,
astungkara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar