Kota
Bangkok Dipagi Hari
Dilihat
Dari Tingkat 4 Asia Bangkok Hotel
Setelah puas menyantap makanan, kami langsung di ajak
ke “Asia Bangkok Hotel” sebuah hotel berbintang 4. Kunci kamar, segera
dibagikan kepada masing-masing peserta.
Penulis sendiri menempati kamar 417 yang ada dilantai 4, bersama Bapak
Made Sudana yang menjabat Kepala Dusun Tangtu.
Penulis sangat beruntung mendapat teman ini, karena sehari-harinya
bekerja di hotel, sehingga beliau tidak canggung lagi akan suasana hotel.
Beliau mengajarkan penulis tentang seluk beluk hotel,
mulai cara membuka pintu dengan kartu,
menghidupkan lampu, menghidupkan keran air panas dingin dan menghidupkan tv. Beliau
juga mengingatkan pada penulis, apa-apa saja yang gratis dan apa-apa saja yang
bayar di ruangan ini. Betul-betul
penulis sangat beruntung, mendapat teman
seperti ini. Terimakasih Pak De Sudana.
Inilah
Wajah Bapak Made Sudana
Yang Polos
Itu
Pagi-pagi kami semuanya sudah berkumpul di lobi hotel,
maklum jam 6 wita kami sudah di moning call. Tepat pukul 7.00 wita, restoran hotel
mulai buka dan kami makan sepuasnya disini.
Betul-betul servis yang bagus dari Melati Tour. Dari Asia Bangkok Hotel, kami diajak ke Reclining Buddha atau Buddha
tidur.
Menu
Makanan Di Asia Bangkok Hotel
Adeng-Adeng
Pak Urip
Ketika memasuki areal reclining Buddha, kami
betuk-betul terkagum-kagum dengan keindahan kuil Buddha disini, betul-betul
indah. Warnanya beraneka, bentuknya menjulang tinggi, arealnya terdiri dari
beberapa komplek. Disini penulis juga
menemukan adanya Lingga Siwa. Lingga Siwa
ini nampaknya seperti tidak terurus. Ukurannya sangat kecil dibandingkan dengan
patung-patung Buddha yang ada disini.
Letaknya persis dimuka patung buda. Patung buddha ini, kelihatannya sangat
kontras dengan lingga siwa ini. Patung buddha ini serba wah, ukurannya besar,
warnanya beraneka, persembahannya banyak, ruangannya bersih. Sedangkan lingga
siwa, hampir tidak terurus. Maklum. Di Thailand 80 persen penduduknya beragama
Buddha, sehingga nasib lingga siwa disini hampir sama dengan patung Buddha di
bali, kurang dikeramatkan.
Lingga
Siwa
Diatas
Kepala Penulis
Setelah penulis sujud di lingga siwa, penulis langsung
menuju tempat Buddha tidur. Tempat itu, Persis
di sebelah barat lingga siwa, disini ada
sebuah ruangan yang paling disucikan disana. Didalamnya terdapat patung Buddha
tidur atau wat pow. Ukurannya sangat
besar, panjangnya 47 meter dan tingginya 15 meter. Katanya terbuat dari batu bata yang dilapisi
emas murni, sehingga warnanya sangat indah.
Di dalam sudah banyak orang bergerombol terutama tamu-tamu dari Tiongkok.
Kadus
Kertagraha
Dengan
Latar Belakang Buddha Tidur.
Disini kita bisa
meramalkan nasib bahkan bisa membuang sial. Caranya dengan memakai sejumlah
koin yang bisa di beli disini. Koin ini
lalu di taruh pada mangkok yang sudah disediakan dibelakang patung Buddha. Jumlah mangkok itu, sebanyak 108 buah, yang
dijejerkan seukuran patung Buddha ini.
Pemandu mengatakan, apabila koinnya habis sebelum mangkok terakhir,
berarti nasibnya baik, tetapi bila koinnya tersisa berarti nasibnya kuirang
bagus. Hal ini mungkin untuk menghindari koin berkurang. Sehingga orang takut
menyisasan koin dan membawanya pulang.
Penulis sendiri ikut membeli koin ramalan ini, tetapi tidak penulis
taruh, tetapi penulis bawa pulang. Hitung-hitung
berkah sang Buddha.
Dari kuil Buddha tidur, kami langsung menuju sungai chaophraya dengan
berjalan kaki, karena letak penyeberangan ke chaophraya hanya beberapa ratus
meter dari kuili. Kami berjalan
menyusuri jalan-jalan kecil dan masuk ke
sebuah pasar kecil. Dagang disini penampilannya hampir sama dengan dagang-dagang
di pasar badung, tetapi mereka sangat
acuh seperti orang Thailan yang lain. Barang yang mereka jualpun hampir sama
dengan di pasar badung, misalnya jajan-jajanan, daging ayam, bumbu bahkan ada
yang menjual ikan teri atau gerang.
Di Beberapa kantor dan rumah, penulis juga melihat ada
tempat-tempat pemujaan Sang Buddha, dan
yang menarik dari tempat pemujaan ini, juga ada persembahannya. Persembahannya ini persis dengan persembahan
orang Bali. Misalnya ada daging bebek,
jajan, air, bahkan ada minuman modern.
Disamping itu, setiap yang melewati tempat pemujaan ini, semuanya sujud
nyakupang tangan kalih.
Tempat
Pemujaan Buddha Dengan Aneka Persembahan
Ada Daging
Bebek, Pisang, Jajan.
Setelah 10 menit berjalan kaki, kami tiba ditepi
sungai chaophraya, airnya sangat besar, alirannya deras, warnanya pekat atau
puwek, enceng gondok tumbuh dimana-mana.
Sampah non organik juga berserakan disini. Ehhh ternyata keadaan
sungainya sama dengan kita di Indonesia. Kalau boleh penulis bandingkan, keadaan sungai
disini hampir sama dengan sungai-sungai
di bali pata tahun 1960 an. Nak seken-seken neee.
Sungai
Chopraya Agak Sedikit Kotor Dan Putek
Juga Penuh
Dengan Sampah
Pelangkiran
yang berisi minuman botol
Dan
Dihiasi Dengan Bendera Kerajaan
Setelah semuanya berkumpul, kami akan segera naik
perahu. Untuk memudahkan pengawasan, kami naik perahu sesuai dengan urutan bis
masing-masing. Sehingga kami yang
berasal dari bis A, berada dalam satu
perahu yang terdiri dari 30 orang termasuk keluarga Bapak Kepala Desa, yang
didampingi oleh 2 orang pemandu.
Suasana
Dalam Perahu Layar
Ketika
Menuju Kuil Wat Arum Atau Kuil Fajar Menyingsing
Hulu sungai chaophraya sebenarnya ada 4 sungai yaitu sungai wang, sungai nan,
sungai young dang sungai ping yang menyatu dan mengalir dari utara Thailand
menuju daerah selatan Thailand dan bermuaran di teluk Siam. Sungai Chaophraya sebenarnya merupakan sungai
terbesar yang ada di Thailand. Perahu
yang kami tumpangi tidaklah terlalu istimewa, sama dengan perahu-perahu yang
ada di danau batur. Air sungai ini cukup
deras, sehingga perahu agak sedikit bergoyang. Mula-mula kami diajak melihat gerombolan ikan patin,
kira-kira 500 meter ke arah utara dari
tempat pemberangkatan. Disini kami berada kurang lebih 5 menit dan seluruh
teman-teman nampaknya kurang bergairah melihat ikan.
Gerombolan Ikan Patin
Di Sungai Chaophraya
Maka itu, kami langsung kembali kehilir dan bersandar
di mukla kuil Wat Arum. Dari kejauhan, kuil ini terlihat sangat indah dan
berkilauan. Kuil ini didirikan oleh
Raja Rama II pada tahun 1767 dengan
tinggi 74 meter. Kuil ini dihiasi dengan
pecahan-pecahan keramik yang berwarna
warni sehingga kelihatan sangat indah.
Pecahan keramik ini konon di beli di negara Cina. Candi Wat Arum konon artinya fajar menyingsing.
Dasar candi ini terdiri dari balok-balok
kayu besar yang ditebang dari gunung-gunung yang ada di Thailand. Kota Wat Arum
ini sendiri merupakan kota tua ketiga
yang ada di Thailand.
Ketika turun dari perahu, kami dari rombongan bis A
sempat berfoto bersama dimuka kuil ini. Anehnya yang memprakarsai foto bersama
disini justru adalah orang-orang disini, maksudnya orang asli Thailand. Kami diatur-atur disini, bahkan dengan suara
agak keras, tanpa senyum lagi. Penulis pikir ini pasti ada apa-apanya, kok
tumben ada orang sebaik ini. Ahh kalau di foto ya foto saja pikir penulis,
langsung mengikuti arahan mereka.
Bapak
Kades Dan Keluarga
Sempatnya
Juga Memelukk
Perahu
Yang Dipakai Menyeberang Ke Wat Arum
Sangat
Sederhana
Setelah selesai foto bersama, kami langsung menuju
kuil uttama yang jaraknya kira-kira 200 meter dari bibir sungai chaophraya.
Luar biasa, itu kata-kata yang keluar dari teman-teman kami. Kuil ini memang
luar biasa indahnya, menjulang tinggi, seperti mau menggapai langit. Di pinggang candi, atau diketinggian 60 meter,
penulis lihat sudah banyak orang yang naik kesana. Penulis agak ragu, apakah
mau naik atau tidak?. Kata hati mengatakan naik saja, kapan lagi kalau tidak sekarang.
Akhirnya penulis naik bersama-sama teman yang lain. Tetapi yang sampai di
puncak hanya kami bertiga yaitu Kadus Tangtu, Kadus Biaung dan penulis sendiri.
Cuma masalahnya, ketika penulis menginjakkan kaki-kaki ini pada tangga yang
sangat kecil ini, tangga ini terasa lembek, kuil ini terasa bergoyang,
bulu-bulu badan sudah pada berdiri, anggota badan terasa ditarik kebawah. Ini betul-betul pengalaman yang sangat
unik. Senang, takut, ngeri, bangga,
kagum semuanya menyatu menjadi kenangan tersendiri.

Sungai Chaophraya
Dengan Latar Belakang Kota Bangkok
Dari
Puncak Kuil Wat Arum
Sekarang masalahnya, kalau mau turun. Sepertinya lebih mudah waktu naik ketimbang
akan turun. Ketika penulis mau turun, dada ini terasa bergetar, kepala rasanya
kosong, betul-betul sesuatu yang sangat sulit. Tetapi untunglah teringat
kata-kata orang bijak, kalau mau turun janganlah melihat kebawah, lihatlah
dinding disamping. Ehhh benarjuga, walau lutut ini agak bergetar juga. Sambil
menuruni tangga, penulis sempat melirik wajah-wajah Kadus Biaung dan Kadus
Tangtu, nampak jelas mereka sangat
takut, wajahnya pucat pasi. Takut juga rupanya mereka.
Kadus Biaung dan Kadus
Tangtu
Ketika Menuruni Anak Tangga Kuil
Wat Arum
Ketika penulis turun dari puncak kuil, teman-teman
yang lain nampaknya sudah menyerbu pedagang oleh-oleh. Seperti yang sudah-sudah, keadaan agak gaduh
dan penuh canda tawa. Karena mereka
saling walek sesame teman, maklum mereka satu rombongan di bis A, jadi sangat
akrab. Penulis juga segera masuk toko oleh-oleh ini, ehhh semua dagang
nampaknya bisa berbahasa Indonesia, betul-betul mengherankan. Dan yang paling penulis herankan, uang rupiah
juga mereka terima, bahkan lebih mahal dibandingkan dengan harga di Denpasar.
Disini rupiah dihargakan 290 bat – 320 bat. Barang-barang yang dijual disini
hampir semuanya kerajinan Thailand.
Penulis sempat membeli patung gajah yang terbuat dari lisin yang
berwarna hijau, harganya Rp. 200.000,-
Bapak
Kadus Kertagraha Sedang Serius Pilih Barang
Entah Apa
yang Dipilihhhhhhhh
Setelah lelah berebelanja barang-barang gapgapan,
penulis menyusuri jalan yang ada di muka dagang-dagang ini bersama Kadus
Kertagraha. Para pedagang disini sangat acuh, kecuali kita masuk ketokonya baru
ditawari. Hal ini sangat lain dengan di
Bali, dimana dagangnya teriak-teriak agar dibelanjai. Sambil menunggu
teman-teman lain berbelanja, penulis sempat membeli kelapa Thailand. Katanya sih sudah di bakar atau di tunu. Rasanya sangat lain, seperti terasa air laut. Aneh memang rasanya.
Setelah hampir 2 jam disini, kami akhirnya dipanggil
oleh para pemandu agar segera kembali dan naik boat. Sebelum tiba di tempat boat disandarkan,
penulis lihat teman-teman berebutan sesuatu, apa kira-kira itu. Setelah penulis dekati ternyata foto-foto kita
sudah terpangpang dalam sebuah piring.
Nampaknya ini tujuan foto bareng tadi, pantes baik sekali mereka. Foto bersama ini mereka kroping/potong
perkepala dan di cetak di atas piring, harganya Rp. 80.000/buah. Kreatip sekali
mereka, tetapi yang lebih kreatip tentulah teman-teman ini, buktinya semua
membeli, padahal itu piring biasa. Ketika kami naik ke atas boat, ternyata ada
teman kami yang belum naik, yaitu kadus Biaung, lagi-lagi kami mencari beliau
dulu, ehhh ternyata beliau bersantai menikmati air kelapa metunu itu.
Dari sinii kami langsung menuju kota impian katanya,
kota Pattaya. Jalan menuju Pattaya sangat lurus, halus, terbuat dari semen
beton seperti jalan By Pass Prof. Ida Bagus Mantra di Bali. Suasananya persis seperti jalan menuju Nusa
Dua. Bapak Ketut Lunga mengatakan kok
seperti di Bali katanya. Memang dari kemarin kami tidak terasa di luar negeri,
karena suasana dan orang-orangnya hampir sama dengan kita.
Jalan-Jalan Terbuat Dari
Beton Semen
Seperti di Jalan By Pass
Prof. Ida Bagus Mantra
Setelah 1.30 menit perjalanan, kami mampir di floating
market, pasar terapung menurut bahasa kita. Kami semua bergegas ingin tahu,
kayak apa sih pasar terapung ini. Dalam
pikiran kita pasar terapung itu seperti yang sering ditayangkan di layar kaca,
semua pedagang memakai perahu untuk stand jualannya, sedangkan orang yang berbelanja
meloncat dari satu perahu ke perahu yang lain.
Betul-betul seru nampaknya pasar ini, begitulah pikir penulis. Ketika penulis
turun dari bis, ternyata yang disebut pasar terapung disini adalah pasar yang
ada di atas kolam buatan, sangat jauh dari pikiran penulis sebelumnya. Tamu-tamu manca negara sangat banyak disini, terutama dari Indonesia
dan Tiongkok. Mereka sangat gaduh,
nampaknya ini ciri khas tamu asia.
Pintu Masuk Pasar Terapung
Behh Cuma Telaga…..
Berhubung tidak ada istimewanya pasar ini, penulis
memilih duduk-duduk di muka pasar, bersama-sama teman yang lain, sambil
melihat-lihat sekeliling, mungkin saja ada barang-barang aneh disini. Betul
saja, disebelah sini dijual sate buaya. Penasaran juga kami semua. Atas
inisiatip Bapak Kadus Kertajiwa, akhirnya kami membeli sate buaya, bersama-sama
kami menikmati sate buaya, harganya 20 bat per tusuk. Kadus Kertajiwa membisiki kami, kata
dagangnya. Bagi orang-orang yang baru
pertama kali makan daging buaya, selain orang Thailand, nanti malam pasti mimpi
di cari buaya katanya. Saking penasarannya, penulis tanyakan langsung dengan
dagangnya, sambil tersenyum dia bilang,
itu memang pasti, tetapi kalau menginap di Pattaya katanya dan buayanya pasti
buaya perempuan. Hahaha kami semua tertawa. Sialan, dasar buaya darat.
Sebelum naik ke dalam bus, kami sempat bercakap-cakap dengan Bapak Kepala
Desa, pendapat beliau hampir sama dengan teman-teman yang lain. Secara spesipik disini tidak ada istimewanya,
tempat-tempat ini semuanya biasa, kelebihan mereka hanya dari segi pengelolaan
saja. Betul-betul dikelola secara sungguh-sungguh. Dari pasar terapung
ini, kami langsung menuju Pattaya.
Tetapi mendekati kota Pattaya bis A yang kami tumpangi mengambil jalur kanan,
jalur yang dilarang untuk mobi-mobil
besar seperti bis dan truk.
Priiiiiiit bis A kena tilang.
Dengan gesit sang sopir nampaknya sudah mengetahui seluk beluk disini, dalam
waktu tidak terlalu lama urusan sudah selesai, ehhh ternyata sama juga.
Prittttttttttt Bus A sempat
kena tilang
Karena berjalan di jalur
yang dilarang
Tenaaaang Kata Suthawi, ehh
ternyata sama
Akhirnya tepat
pukul 6 Wita, kami sudah sampai di Pattaya dan langsung menuju tempat makan,
tepatnya di restoran scala.
Siap Gerakkkkkk
Begitulah Kata Tokoh Masyarakat
ini
Pattaya
sebenarnya merupakan kota kecil yang ada di tepian sungai dan didiami mula-mula
oleh orang-orang islam. Pada jaman perang kamboja, kota ini banyak dikunjungi
oleh geriliawan kamboja. Baik untuk
berlindung sebagai pelarian dan juga sebagai penyaluran seknya. Kombaja sendiri, hanya berjarak 350 km dari
Pattaya. Tetapi setelah perang selesai nampaknya Pattaya makin ramai
dikunjunhgi oleh tamu-tamu manca negara, terutama oleh Bangsa Rusia. Mungkin saja awalnya sebagai tempat nostalgia,
bagi tentara Unisovyet yang dulu pernah berperang di Kamboja dan berkunjung ke
Pattaya ini. Saking pesatnya
perkembangan kota Pattaya ini, maka banyak sekali penduduk asli Pattaya yang
beragama islam menjual tanahnya, dan berpindah ke lain tempat.
Suasana Kota Pattaya
Disiang Hari, Sepiiiiiiiiiiii
Pattaya sendiri secara tidak sengaja terbagi menjadi 3
daerah pariwisata. Pattaya uttara
biasanya dikunjungi oleh tamu-tamu yang ingin menyepi. Di Bali mungkin saja seperti di daerah
Sanur. Pattaya tengah biasanya akan
dikunjungi oleh tamu-tamu yang ingin berbelanja. Di bali mungkin dapat disamakan dengan kawasan daerah Nusa Dua. Sedangkan
Pattaya selatan biasanya akan dikunjungi oleh tamu-tamu yang ingin menikmati
kehidupan malam dan hura-hura, yaahhh sama dengan kawasan kutalah.
Setelah selesai makan, nampaknya ada perubahan acara
sedikit. Pada mulanya, selesai makan akan langsung ke tempat pertunjukan Kabaret
atau alcazar show atau pertunjukan yang semua pemainnya adalah bencong. Yahh kalau di bali mungkin sama dengan arja
muani. Adanya perubahan acara ini, karena
masih banyak ada waktu senggang. Pemandu
wisata menawarkan untuk menonton pertunjukan dewasa karena ada hal baru di
Pattaya sekarang ini. Di Pattaya sebenarnya ada pertunjukan untuk orang-orang
dewasa dan hanya boleh ditonton oleh orang-orang luar Thailand. Maka itu, saudara Suthawi yang orang asli
Thailand, tidak bisa banyak memberikan tentang isi pertunjukan ini. Justru yang
memberikan banyak informasi adalah pemandu yang berasal dari Indonesia. Beliau mengatakan, intinya adalah pertujukan
biru tetapi live.
Dari pengamatan penulis, banyak sekali teman-teman
yang antosias untuk menonton pertunjukan ini.
Setelah dihitung-hitung ada sebanyak 56 orang yang menonton pertunjukan
ini. Penulis memilih untuk tidak
menonton, menemani teman-teman yang tidak ikut menonton. Penulis memilih untuk
tidak menonton bukan karena apa-apa, tetapi memang karena tidak tertarik dengan
pertunjuklan seperti ini. Hal ini
mungkin saja terpengaruh, karena penulis mempunyai 4 adik pertempuan dan selalu
berpikir bagaimana kiranya salah satu itu adalah adik penulis. Maka itu, dari dulu penulis kurang menyenangi
hiburan-hiburan yang mengekploitasi perempuan dari sisi negatipnya. Disamping itu penulis juga tidak menyenangi
pertunjukan-pertunjukan yang mengekploitasi teman-teman yang cacad dari
kekurangannya. Maka itulah, penulis memutuskan untuk tidak menonton pertunjukan
ini.
Saudara Suthawi memberikan Pengarahan
Jangan Sampai meninggalkan
Istri Katanya…..Serius.
Setelah teman-teman masuk arena pertunjukan dewasa
itu, saudara Suthawi sebagai pemandu kami, mengajak teman-teman yang tidak
menonton untuk langsung ketempat pertunjukan cabaret. Kami langsung naik bis dan langsung menuju
tempat pertunjukan cabaret. Tetapi ditengah perjalanan, teman kami Bapak Jagri,
Kadus Br. Tohpati mengatakan istrinya
ketinggalan. Kami semua langsung kawatir, apalagi melihat wajah teman kami pak
Jagri sangat pucat, yaah seperti kalah
meceki nampaknya. Setelah cek dan ricek
ternyata ada 4 orang yang tertinggal di rumah makan. Tetapi dengan cepat
masalah ini di ambil alih oleh Bapak Ida Bagus…………sebagai penanggung jawab
tour. Beliau mengatakan akan menjemput
sendiri yang tertinggal ini, sedangkan bus yang membawa kami langsung ke tempat
pertunjukan cabaret.
Setibanya ditempat pertunjukan, kami semua kawatir,
apalagi teman kami Bapak Jagri, jelas beliau tidak banyak komentar. Beliau betul-betul seperti orang kalah
berjudi jutaan rupiah.
Sambil menunggu teman-teman yang ketinggalan ini,
pemandu memberikan brifing dan membagikan tiket masuk. Penonton disini betul-betul sangat ramai,
terutama tamu-tamu Tiongkok, rusia dan tentunya Indonesia. Ini penulis kenali dari pembawaan mereka.
Kalau tamu cina selalu berbicara serius dengan temannya dan tidak peduli dengan
lingkungan sekitarnya. Kalau orang
rusia, raut mukanya agak garang dan kulitnya berwarna kekuningan. Kalu orang Indonesia, percapakan mereka
sesekali pasti diselingi dengan tawa.
Sambil Menunggu Teman Yang
Ketinggalan,
SMS Dulu Ahhhhhhhhhh
Setelah setengan jam menunggu, teman kami yang
ketinggalan sudah muncul. Wajah cerah mulai nampak pada teman-teman kami. Sedangkan
Bapak Jagri masih terlibat pembicaraan sengit dengan istri. Mungkin istrinya protes kenapa beliau di
tinggal, tetapi dengan alasan yang masuk akal akhirnya mereka berdamai. Pak jagriiii siapa tidak tahu.
Tepat pukul 09 wita pertunjukan akan dimulai, penonton
sudah mulai masuk ruang pertunjukan.
Penulis sendiri mendapat tempat ditribun pada deretan korsi paling
depan. Panggungnya sangat megah dan luas, nampaknya sudah dipersiapkan secara
matang. Tidak berapa lama pertunjukan dimulai, yang diawali dengan 4 orang
penari dihiasai dengan lampu yang sangat spektakuler, apalagi panggungnya
ditata sangat apik. Ada sepuluh tarian
dan ditutup dengan tarian klasik Thailand, yang ditarikan oleh 25 orang penari.
Kabaret yang seleuruh
Penarinya Setengah Laki-Laki
Alias Bencong …………
Pada tari yang kelima, bahkan mempertontonkan tari
serampang dua belas yang berasal dari Palembang, bahkan lagu ke sembilan adalah
nyainyian dangdut yang merupakan nyanyian khas Indonesdia. Jumlah penari
seluruhnya adalah 73 orang yang semuanya diperankan oleh para wadam atau
manusia setengah-setengah.
Kalau saja pemandu wisata tidak menginformasikan bahwa
itu adalah manusia setengah laki-laki, kami semnua tidak akan pernah
menduga. Wajahnya sangat cantik,
kulitnya mulus, badannya bagus gemulai, jarinya lentik, kakinya peminim seperti
kaki belalang, mulutnya seksi, betul-betul seperti wanita sempurna.
Kabaret ini Betul-betul pertunjukan yang luar biasa,
sehingga kami ntidak terasa pertunjukan sudah berlalu satu jam lamanya. Kami
semua merasa puas dan puas dan terpuaskan.
Suasana Setelah Selesai
Pertunjukan
Foto Dulu Kapan
Lagiiiiiiiiiiiii
Tanpa komentar banyak, rombongan langsung cek in di
hotel Sunbeam, hotel berbintang 4 di Pattaya. Disini kami mendapat kamar 412 di
lantai 4 bersama bapak Kadus Tangtu. Begitu habis mandi, kami semua keluar
hotel untuk melihat-lihat kehidupan malam di Pattaya. Ketika kami melangkahkan kaki dari halaman
hotel, kami sudah melihat pertunjukan malam di sepanjang jalan ini. Betul-betul sebuah kehidupan modern,
kehidupan yang bebas tanpa halangan. Pesta dimana-mana, perempuan-perempuan
setengah telanjang lalu-lalang, tetapi sangat acuh, tidak seperti perempuan
malam di Indonesia yang biasanya agak monyer, over acting dan genit. Lelaki-lelaki Rusia hampir ada dimana-mana,
seperti tamu australia di Kuta Bali. Beberapa teman kami ada yang langsung
keluar hotel, melihat sekeliling kota Pattaya. Penulis dengan beberapa teman
memilih nongkrong di muka hotel ini, sangat ramai, karena ada 5 bar dan
beberapa stand hiburan malam disini.
Penulis nongkrong disini sampai pukul 2.00 wita dini
hari disini, sampai mata ini lelah melihat kehidupan malam Pattaya. Tepat pukul 2.30 Wita penulis merebahkan diri
di tempat tidur, dengan doa semoga tidak bermimpi dicari buaya, seperti cerita
dagang sate buaya di pasar terapung tadi siang.
I.
Hari Kedua
Tanggal 7 Juni 2013
Seperti biasanya, moning call tepat pukul 5.00 wita.
Akhirnya kami semua sudah siap di lobby hotel pukul 07.00 wita. Sambil
menikmati makan pagi, semua teman-teman kami berceloteh tentang kehidupan malam di
Pattaya. Keadaan agak sedikit gaduh,
tapi tidak apa-apa, maklum orang Bali, dari kesiman kertalangu lagi.
Tepat pukul 08.00 wita kami sudah berangkat, kali ini
akan mengunjungi Bee Farm Natural Honey Store, sebuah peternakan lebah. Disini
kami turun, tamu-tamu dari negara lain juga sudah kelihatann disini. Disini kami disambut oleh pemandu setempat
dan sangat pasih berbahasa Indonesia.
Dia mengatakan, dia sendiri berasal dari medan, pantas pintar berbahasa
Indonesianya.
Mula-mula kami diajak melihat sarang lebah, lalu ada
demo tentang manusia lebah. Hal ini
nampaknya hal yang biasa di Bali, seperti peternakan lebahnya pak oles di jalan
Waribang. Setelah ini, kami diajak
kesebuah ruangan yang berkapasitas kira-kira 100 orang, semacam ruangan kuliah di
Universitas.
Kalau Di Thailand Madu Itu
Diternak Lhoo
Bukan Dipelihara Di Tempat
Sepi Seperti Di Indonesia
Dengn sangat gesitnya mereka memaparkan tentang
kegunaan madu, riwayat dan kelebihan royal jelly,
juga keistimewaan pollen. Mereka juga memaparkan kelemahan-kelemahan madu Indonesia dan kelebihan-kelebihan madu bangkok. Madu Bangkok katanya diternakkan di daerah
segitiga emas antara, Thailand, Kamboja dan Laos. Dimana disini banyak terdapat tanaman opium,
yang menyebabkan madunya sangat baik untuk kesehatan. Mereka juga mendemontrasikan
cara-cara mengetahui madu asli.
Ada 3 cara mengetahaui madu asli, pertama dengan jalan
menyendok lalu angkat dan tuangkan.
Apabila alirannya putus, itu berarti madunya mengandung air dan sebaliknya. Cara kedua, dengan jalan mencampur madu
dengan air, apabila madu itu menbentuk kotak-kotak seperti rumah lebah, itu
berarti madunya baik dan sebaliknya. Yang ketiga, madu yang baik adalah tidak ada endapan.
Ini Lhoo Madu Lebah Yang
Asli
Kayak Gini
Padahal di Indinesia ada cara-cara untuk memilih madu
asli dan tidak asli. Caranya gampang,
bawa saja madu itu pulang kerumah, apabila pipi kita ditampar sama istri, itu
pasti madu asli, dijamin 100 persen. Tetapi dengan gesit mereka juga memberikan
tip tentang cara-cara penyimpanan madu yang baik. Kalau madu Bangkok dapat
disimpan dimana saja. Lain halnya madu
Indonesia, hanya baik disimpan ditempat yang sepi katanya. Sialan pikir penulis, pinter juga dia membuat
plesetan.
Begitu pintarnya dia menguraikan kelebihan-kelebihan produk
mereka, makanya pada akhir acara, teman-teman sudah pada berebut untuk membeli.
Penulis juga akhirnya membeli satu
produk, yaitu madu. Ini tentulah madu palsu, tidak asli. Sehingga gampang menyimpannya nanti dirumah,
tidak perlu disimpan ditempat sepi.
Setelah satu jam bercengkraman dengan lebah, kami
langsung menuju Supatra Land Fruit Garden.
Sebuah perkebunan yang cukup besar di Thailand, dengan luas lahan 1.500
hektar. Ketika memasuki areal ini memang terlihat pohon-pohon palm yang di tata
rapi sepanjang jalan ini.
Setelah masuk kurang lebih 500 meter, kami langsung digiring
ke sebuah panggung hiburan. Disini
dipentaskan tari-arian traditional Thailand,
pakaiannya bagus-bagus, sepetri pakaian raja-raja Thailand. Gerakan tarinya seperti tari Toraja yang ada
di Sulawesi. Setelah itu diperagakan
Thai Boxing oleh pemuda-pemuda setempat dan ditutup dengan tarian gajah.
Disini Dipentaskan Tari
Tradisional Thailand
Semua Penarinya Adalah
Perempuan dan Laki-Laki Asli
Setelah ditutup dengan tarian gajah, kami lalu pindah ke
panggung gajah, karena panggung ini khusus mementaskan kepintaran gajah. Disini baunya sangat khas tai gajah. Banyak teman-teman tidak kuat menghirup bau
tai gajah ini, makanya merteka memilih keluar dan makan di restoran yang telah
disediakan. Penulis sempat juga mengikuti
sebentar pertunjukan ini, karena atraksi gajah ini sama dengan atraksi gajah
yang ada di Taro, maka penulis memutuskan untuk keluar.
Disini Khusus Dipertunjukkan
Kepintaran Gajah
Makanya kalau Mau Pintar
Masuk Saja Sekolah Gajah
Dari pertunjukkann gajah ini penulis langsung makan
direstoran, makanannya melimpah, enak yaaah pokoknya memuaskan. Dari sini kami
langsung ke Bangkok lagi, tetapi kami sempat juga singgah di sebuah tempat yang
namanya penulis tidak tahu. Disini ada
sebuah bukit yang kiskis, sehingga sisinya yang menghadap keselatan jadi
datar. Pada sisi yang datar ini diisi
lukisan Sang Buddha.
Lukisan ini terbuat dari emas murni seberat 150 kg.
Makanya lukisan ini kelihatan kuning bekilau dan sangat indah. Betul-betul kreatifitas yang tinggi dari
sebuah bangsa. Disini kami hanya sekitar 30 menit dan selanjutnya langsung
menuju Dried Food Market. Semacam toko
oleh-oleh khas bali di Bali.
Bapak Wayan Warka Dan Ibu
Sempat Berfotoria Dengan
Latar Belakang Buddha Emas
Disni barang-barang agak mahal, mungkin untuk tip para
pemandu wisata, seperti bali. Walaupun
harga agak mahal, tidak menyurutkan teman-teman untuk berbelanja. Buktinya hampir semua membawa tas jinjing
yang berisi beraneka barang-barang. Sedanghkan
Penulis cukup mencicipi makanan contohnya saja, kan gratis itu, terimakasih.
Suasana Di Dalam Ruang
Pertunjukan
Penulis Tidak Tahu Apa Itu
Yang Bulat Putih
Yaaahhhhhhhh Pokoknya
Penampakan
Dari sini kami langsung menuju restoran terbesar
didunia, untuk makan malam, walaupun waktu baru menunjukkan pukul 14.00
wita. Restoran ini dikelilingi dengan kolam
dan dibelakangnya terdapat restoran bertingkat 7 seperti pagoda. Semua pelayannya memakai sepatu roda, bahkan
untuk ruangan-ruangan tertentu pelayannya berjalan dengan bergelayutan di tali
tambang. Betul-betul sangat
menarik. Kursi yang tersedia disini,
seluruhnya berjumlah 5000 buah. Di pintu
masuk restoran ini terpangpang piagam Guiness Book.
Piagam Guiness Book
Untuk Restoran Terbesar Di
Dunia
Sambil menunggu hidangan datang, Bapak Kepala Desa
yang didampingi, Ketua BPD dan Ketua LPM serta
tokoh-tokoh masyarakat seperti bapak Wayan Warka memberikan arahan kepada kami semua, yaah semacam
rapat akbar. Beliau-beliau menekankan agar kami semua bisa mengambil mamfaat
dari perjalanan ke Bangkok ini, minimal dapat diterapkan pada lomba desa
mendatang di tahun 2014.
Khusus untuk para Kadus, disarankan agar membuka
telinga, hidung dan mata lebar-lebar agar bisa membawa banjar mereka masing-masing
kearah yang lebih baik dari sekarang.
Suasana Sebelum Makan Di
Restoran Terbesar Di Dunia
Setelah rapat ditutup, melati tour memanggil dua orang
peserta untuk tampil kemuka. Kedua orang
ini tampak tegang, apa kira-kira yang terjadi. Tampaknya melati tour ingin memberikan kejutan kepada
dua orang peserta ini.
Setelah ditunggu beberapa menit, dua penari Thailand
membawa 2 buah kue ulang tahun. Ternyata
hari ini adalah ulang tahun mereka masing-masing. Mungkin ini adalah HUT mereka yang paling
berkesan dan tidak akan pernah terlupakan. Sebuah kejutan, yang diberikan oleh
melati tour.
Tetapi kejutan yang kedua nampaknya datang lagi, kali
ini kejutan untuk kami semua. Kami semua disuguhi makan duren bangkok sepuasnya
oleh melati tour. Kali ini semua peserta
terpuaskan.
Manusia Kungfu Bergelayutan
Di Tali/Tambang
Sambil Membawa Ucapan
Selamat Datang
Tepat Pukul 6.30 ada semacam penyambutan yang
dipersiapkan oleh melati tour untuk peserta tour bangkok. Seorang berpakaian ala pemain kungfu, membawa
sepanduk selamat datang Desa Kertalangu, bergelayutan di tambang, yang
menghubungkan kuil dengan restoran terdepan.
Betul-betul pertunjukan yang spektakuler dan sangat memuaskan.
Setelah selesai pertunjukan ini, kami langsung menuju kota
Bangkok. Ketika tiba dipinggiran kota Bangkok, lampu-lampu penerangan jalan
sudah mulai menyala, berarti dunia sudah menunjukkan malam hari. Tepat pukul 20.00
wita kami semua turun di MBK (Mall Bangkok) sebuah pusat perbelnajan terbesar
di Bangkok. Teman-teman langsung
menyebar keseluruh areal MBK. Penulis dengan beberapa teman hanya berkeliling
disekitar tempat masuk tadi, takut tersesat. Suasana MBK ini hampir sama dengan pusat-pusat
perbelanjaan yang ada di Indonesia. Di MBK ini uang rupiah bias
diterima.
Tepat pukul 22.30 Wita seperti waktu yang telah ditentukan,
semua teman-teman sudah berkumpul persis dimuka stand Pakaian “Narayana”. Dari
MBK kami langsung masuk hotel “Asia Bangkok Hotel”. Penulis sendiri sekarang
mendapat kamar 917 di tingkat Sembilan.
Setelah selesai mandi, penulis bersama Kadus Tangtu, keluar lagi untuk
makan malam. Disini banyak sekali ada
dagang-dagang makanan seperti di Bali, yaah persisi seperti dagang sambal
lalapan. Penulis segera masuk kesebuah dagang yang memakai tenda, mereka
bertanya dengan bahasa Thailand, kami menyaut dengan bahasa Indonesia, yaah sapih sudah, kayak pilgub Bali. Akhirnya
dia mengeluarkan kalkulator, baru bisa dimengerti. Penulis pesan nasi goreng biar gampang,
harganya 58 bath, jadi sekitar Rp. 20.000,- Selesai makan langsung menuju
kamar, tidur pulas.
II.
Hari Ketiga, 09 Juni
2013
Berhubung pesawat akan mengudara pukul 09.15 Wita,
maka jam 05.00 wita kami sudah cek aut
dari hotel. Makan pagi diberikan dalam
bentuk nasi kotak di dalam bis. Jam
06.00 wita kami sudah sampai di Bandara Swarna Bumi. Penumpang sangat ramai, makanya pengurusan
bagasi cukup lama. Tetapi teman-teman
nampaknya sangat menikmati keadaan ini.
Suasana tetap saja seperti semula, penuh canda ria. Beberapa teman bahkan sempat jeprat-jepret
disekitar ini.
Setelah pengurusan
bagasi selesai, kami diantarkan oleh pemandu melati tour langsung ke dalam
pengurusan passport, sehingga kami tidak menemui kesulitan sedikitpun. Melati Tour betul-betul memanjakan kami
semua. Tidak sampai satu jam, kami semua sudah menyelesaikan pengurusan
passport dan langsung manuju ruang tunggu.
Sambil menunggu pemberangkatan, kami sempat melihat disekitar
bandara. Betapa besarnya bandara ini,
pesawat yang parkir juga banyak sekali.
Bangunannya megah, bersih dan rapi.
Betul-betul sebuah bandara internasional yang dapat dibanggakan oleh
bangsanya. Seperti penulis katakan dimuka, ketika akan berangkat, penulis
merasa Bandara Ngurah Rai adalah Bandara paling besar didunia. Behh setelah melihat bandara Swarna Bumi,
bandara kita ternyata belum ada apa-apanya. Apalagi dari segi kebersihannya,
jauhlah pokoknya.
Saking Lelahnya Kadus
Kertajiwa
Baru Saja Duduk Eehhhhh
Sudah Tidur,
Tahu-Tahu Sudah Di Indonesia
Tepat pukul 9.45 kami dipanggil untuk naik pesawat
Thai Airways dengan kode penerbangan Tg431. Setelah menempuh 4 jam penerbangan,
kami akhirnya mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Ngurah Rai. Pesawat
akan mendarat dari arah barat bandara, sekarang pesawat sudah mulai
menurun, para nelayan kedonganan sudah tampak jelas dan akhirnya pesawat mendarat
dengan sangat indahnya. Saking indahnya
seluruh penumpang bertepuk tangan, termasuk kami dari desa Kesiman Kertalangu. Hebat…………..kata kami semua
Turun dari pesawat kami langsung menuju ruang
pemeriksaan passport, biasaaa suasana agak gaduh sepanjang perjalanan
kami. Bahkan kami sempat ditegor oleh
petugas bandara, tetapi kami serentak mengatakan kami orang bali……….Akhirnya kami
diberikan keluar tanpa pemeriksaan lagi, mungkin mereka ngekoh dengan kami-kami
yang kelihatan sudah tisak sabar lagi sampai di rumah masing-masing.
Suasana Di Dalam Pesawat
Thai Airways
Dalam Perjalanan Pulang Ke
Indonesia
Dari Bandara kami diangkut dengan 3 bis, dan akhirnya
sampai di desa Budaya Kertalangu. Beberapa keluarga yang akan menjemput nampaknya
sudah ada yang menanti disini. Setiap keluarga yang datang menjemput, nampaknya
sangat gembira semua. Bapak Kepala Desa sangat sibuk mengecek dan mengawasi
seluruh peserta, sampai seluruh peserta pulang kemasing-masing
keluarganya. Dari pengamatan penulis,
dari melati tour juga masih ada disini.
Sekali lagi kami katakan, Melati Tour betul-betul bertanggung jawab
terhadap kami semua, sampai kami pulang semua.
Setelah teman-teman pulang semua, akhirnya penulis
pulang diantar oleh Bapak Kadus Biaung Asri, terimakasih bapak atas perhatiannya.
III. Kesimpulan
a.
Banyak sekali mamfaat
yang bisa kita petik dari perjalanan ini, misalnya bagaimana mengemas obyek
pariwisata agar bisa layak jual.
b.
Secara
keseluruhan perjalanan ini sangat menyenangkan dan memuaskan. Karena semua tujuan
utama sudah tercapai, kecuali kunjungan
ke Madame Tussaaud`s yaitu tempat patung lilin tokoh-tokoh dunia.
c.
Dari segi wisata,
perjalanan ini kami anggap sangat menyenangkan dan sangat sukses walaupun ada
sedikit kekurangan-kekurangan.
d.
Bagi biro
perjalanan Melati Tours, walaupun ada kekurangan di sana sini, tetapi secara umum
sangat sukses, apalagi kami di Bis A mendapat pemandu yang sangat menguasai dan
mengerti tentang sejarah dan keadaan kota Bangkok.
IV.
Saran
Bagi
siapa saja yang mengelola perjalanan ini, hendaknya di waktu yang akan datang, dapat
meningkatkan lagi pelayanannya, terutama pada saat perjalanan jauh, sehingga
peserta tidak merasa jenuh, terutama peserta yang tidak bisa tidur di dalam
bis. Selamaatttttttttttttttttttt Ratu
Aji, suksma banget, dumogi benjang pungkur presida sareng-sareng malih. Om
Santi, Santi, Santi, Om.
|