Kamis, 26 Desember 2013

LAPORAN STUDY BANDING ( BANGKOK)



Negara Gajah Putih Thailand
Selayang Pandang

I.          Pendahuluan
Kota Bangkok sebenarnya sudah sangat akrab di telinga penulis. Karena nama kota Bangkok merupakan salah satu Ibukota Negara Asean yang wajib hukumnya harus diketahui pada jaman penulis masih duduk di kelas satu sekolah dasar. Ketika itu negara ini masih bernama Siam.  Kemudian berganti nama menjadi Muangthai dan sekarang disebut dengan nama yang lebih keren yaitu “Thailand”.
Thailand juga merupakan salah satu negara di dunia yang tidak pernah dijajah oleh negara lain, yang menyebabkan konon merupakan negara yang mempunyai rasa nasionalis tertinggi didunia.
Negara Thailan sebenarnya merupakan salah satu Negara yang masih berbentuk Kerajaan di Dunia. Nama rajanya bernama raja Bumipol, sedangkan ratunya bernama ratu Sirikit. Beliau bahkan pernah berkunjung ke Indonesia.
Di Indonesia nama ratu Sirikit nampaknya lebih dikenal dari pada nama rajanya, karena wajah putri ini betul-betul sangat cantik, seperti wajah para ratu Bali di dunia dongeng.
Maka itu, ketika bapak Kepala Desa mencanangkan akan mengajak seluruh Kepala Dusun yang ada di lingkungan Desa Kesiman Kertalangu  untuk melihat kota Bangkok dari dekat, hati penulis betul-betul sangat senang.
Menurut pandangan bapak kepala desa, tujuan kunjungan ini sebenarnya ingin membuka wawasan pola pikir pemuka-pemuka masyarakat, khususnya seluruh kadus sedesa Kesiman Kertalangu.  Harapannya agar tidak seperti katak dalam tempurung, yang selalu merasa paling besar, paling baik dan paling paling yang lain.
Sedangkan tujuan khususnya, memberikan pandangan dari dekat tentang kebersihan kota Bangkok dan cara-cara pengelolaan potensi negaranya, agar bisa dijual kepada tamu manca negara tanpa merusak sedikitpun akar budayanya.

II.        Hari Pemberangkatan Tanggal 06 Juni 2013

Panitia atau Melati Tour mencanangkan agar seluruh peserta berkumpul  langsung di Airport Ngurah Rai pada pukul 13.30.  Tetapi dengan segala pertimbangan, bapak Kades memprakarsai agar seluruh peserta berkumpul dulu di Desa Budaya Kertalangu paling lambat pukul 11.00 wita dan nantinya akan berangkat bersama-sama ke bandara Ngurah Rai. Sebuah terobosan yang sangat bagus dari bapak Kades.
Kumpullll Kata Pak Dewa Dari Melati Tour
Ketika Sedang Memberikan Pengarahan

Penulis sudah datang di Desa Budaya pada pukul 10.30 Wita. Kedatangan penulis disambut oleh Bapak Dewa dari “Melati Tuors” dengan sangat ramah. Sebentar kemudian  peserta yang lain pada berdatangan, seperti akan bertransmigrasi tampaknya,  semua diantar oleh keluarga besar masing-masing. Bapak Kadus Kertapura bahkan  diantar oleh satu rombongan besar yang diangkut dengan mobil bak terbuka, yang terdiri dari ipar, ponakan, bahkan oleh bapak ibu mertua. Betul-betul mereka sangat antosias, sehingga areal Desa Budaya menjadi sangat ramai dan gaduh oleh canda ria para peserta. 

Mereka-mereka semua yang ada sekarang sepertinya keluarga sangat besar.  Dalam pikiran penulis terbersit pikiran, alangkah indahnya kalau suasana seperti ini terbawa ke alam desa, alam yang lebih luas, dan bukan hanya di lingkungan antar keluarga Kadus seperti sekarang ini. 

Hal ini tentulah akan berdampak positip bagi kemajuan desa. Hal ini bisa terjadi tentulah tidak terlepas dari peran bapak Kades yang selalu menekankan kebersamaan dalam suasana apapun.


Sesuai petunjuk dan arahan sebelum berangkat, tepat pukul 11.00 wita, seluruh peserta naik kedalam bus yang akan mengantar kami ke Bandara Ngurah Rai.  Kami diangkut dengan 2 bis dari “Melati Tours”. Tepat pukul 13.30 wita,  kami mulai proses chek in dan pemeriksaan imigrasi. Suasana lagi-lagi agak gaduh, maklum rombongan kadus-kadus Desa Kesiman Kertalangu, apalagi di dalamnya ada Bapak Selamat yang selalu membuat suasana jadi hangat dan bersemangat.

Selama chek ini, kami semuanya dipandu dari perwakilan melati tours, sehingga urusannya menjadi gampang dan sangat lancar.  Setelah itu kami semua masuk keruang tunggu yang ada di lantai 2 gedung internasional.  Sebagian besar peserta mengatakan, baru kali ini menginjakkan kaki di gedung dan ruang yang sangat megah ini. 

Betul-betul kami merasa kagum dan bangga  sebagai warga Bali. Suasananya agak dingin, dikiri kanan banyak toko-toko yang sebagian besar berjualan kerajinan tangan orang Indonesia dan bukan kerajinan orang bali saja.

Pesawat yang mengangkut kami nampaknya baru akan berangkat tepat pukul 16.00 wita.  Masih ada 1 jam lagi, karena proses imigrasi sudah selesai seluruhnya tepat pukul 15.00 wita. Sekarang ini waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 Wita, maka teman-teman nampaknya sudah mulai merasakan perut lapar. 

Suasana Diruang Tunggu Internasional
Ehhh Disini Ternyata Tidak Ada Tempat Duduk


Dengan mengambil tempat di dekat gate atau pintu 4 yang akan dipakai masuk pesawat nantinya, teman-teman mulai menggelar lesehan. Sebagian besar teman-teman nampaknya membawa bekal dari rumah.  Ehhhh pokoknya seperti jaman dahulu, hitung-hitung bernostalgia. Ada yang membawa katipat, jajan, roti, bahkan ada yang membawa sambel goring, sehingga baunya sangat menyengat.  Pokoknya seruuuu banget.


Antree,  antre, Mana Pasportnya.
Kata petugas Bandara

Tepat pukul 16.25 Wita, Kami sudah mengangkasa.  Tentunya setelah melalui beberapa tahapan seperti layaknya penumpang pesawat terbang yang lain. Misalnya pemeriksaan barang-barang yang akan dibawa, pemeriksaan tiket, pemeriksaan passport seperti baru saja dilakukan.   
 


Bapak Ida Bagus
Dari Melati Tour Ikut Mendampingi Kami


Ketika didalam pesawat kami dipandu oleh para pramugari pramugara Thai Airways dengan sangat baik, walaupun agak kurang manis penampilannya.  Senyumnya sangat mahal, lain sekali dengan pramugari-pramugari dari Indonesia yang biasanya sangat murah senyum. Pesawat ini ukurannya sangat besar, ruangannya linggah kursinya sangat bersih.

Saya Minta Susu Kata Pak Kades
Inggihhhh Pak Kata Pramugari Tanpa Senyum

Dalam perjalanan dari Denpasar, ke Bangkok suasananya  betul-betul sangat menyenangkan. Servis dari Thai Airways betul-betul memuaskan.  Segala keperluan untuk menghilangkan kejenuhan nampaknya sudah disediakan, misalnya dalam setiap tempat duduk sudah dilengkapi hiburan kaca dan audio.  Minuman dan makanan dapat dimakan sepuasnya dengan gratis.  Dalam layar kaca kami juga bisa melihat posisi pesawat ini,  kira-kira sedang berada di wilayah udara negara apa sekarang ini.  Pokoknya kami puas naik Thai Airways. 

Penerbangan agak terganggu,  ketika pesawat berada di atas kepulauan Bangka Balitung.  Pesawat terasa agak sedikit goyang, penulis sempat lihat wajah teman-teman agak sedikit kawatir, terutama teman-teman yang belum pernah naik pesawat. Padahal itu adalah susuatu yang biasa katanya, kalau melewati daerah ini.  Lima menit kemudian keadaan sudah normal kembali.
 

Layar Kaca Yang Ada Disetiap Tempat Duduk
Hiburan Yang Disediakan Oleh Thai Airways

Pada pukul 20.00 wita, pilot memberitahukan kepada penumpang, bahwa pesawat akan segera mendarat. Lampu di bawah sana sudah mulai nampak.  Bandara Suwarna Bumi nampaknya sudah dekat.  Lampu pengatur lalu lintas udara sudah nampak jelas. Proses pendaratan sudah mulai dilakukan oleh pilot pesawat, sampai suara dug terasa.  Nampaknya roda pesawat sudah menyentuh landasan udara, pendaratan yang hampir sempurna.  Terimakasih pak pilot.

Sebelum berangkat, penulis memang sudah mendapat informasi, bahwa maskapai penerbangan Thai Airways merupakan salah maskapai penerbangan yang cukup baik di dunia.  Reputasinya memang cukup memuaskan.


I.          Hari Pertama Di Bangkok
Ketika kami turun dari pesawat, kami semua sangat terkagum-kagum dengan luasnya bandara ini. Betul-betul luas, mungkin ada 5 kali luas Bandara Ngurah Rai yang ada di Denpasar. Bangunannya sangat mewah, rapi dan sangat bersih. Betul-betul sebuah bandara Internasional. Perjalanan kami dari pesawat nampaknya memakan waktu sampai 15 menit sampai di gedung kedatangan.


Inilah Bis Yang Akan Mengantar Kami
Keliling Kota Bangkok
Disini kami langsung diantar oleh pemandu dari Melati Tours dan langsung diarahkan ke pemeriksaan passport. Sekarang kami berhadapan langsung dengan petugas yang semuanya orang Thailand.  Penampilannya hampir sama dengan kru Thai Airways, miskin senyum, saklek dan acuh.

Antrean waktu itu sangat ramai dan panjang.  Tetapi mereka sangat tertib, penulis lihat kebanyakan mereka saat itu terdiri dari orang-orang barat.  Pemandu kami membisiki, mereka katanya kebanyakan tamu dari Rusia.

Lain halnya teman-teman dari Desa Kesiman Kertalangu, mereka tetap saja bercanda, walaupun di Bangkok, sehingga rombongan kami cukup gaduh.




Suasana Makan Pagi Di Asia Hotel


Setelah melewati pemeriksaan passport ini, kami langsung menuju bis yang sudah menunggu di luar Bandara. Selanjutnya kami dibagi menjadi 3 rombongan dengan tiga bis yaitu bis A, bis B, bis C.  Penulis sendiri mendapat di Bis A.   Setiap bis berisi masing-masing 30 orang yang didampingi oleh 2 pemandu wisata.  Satu dari Indonesia dan satu lagi pemandu lokal.  Penulis sendiri berada di grup A atau pada bis A.  Pemandu dari Indonesia yang mendampingi kami adalah Ibu Ririn sedangkan pemadu lokalnya bernama Suthawi.  Meraka orang-orang yang sangat propesional dan menguasai betul kota Bangkok, padahal saudara suthawi adalah berasal dari Kualalumpur Malaisia.

Setelah mendapat briping seperlunya kami langsung meninggalkan bandara Suwarna Bumi. Ketika kami menyusuri jalan-jalan di Bangkok ini, keadaannya sangat bersih dan tertata dengan baik. Tetapi nama-nama jalananya memakai hurup Thailan. Menurut Bapak Suthawi, itu merupakan hurup sansekerta yang diwariskan dari jaman dahulu. Betapa kuatnya rasa nasionalis mereka.  Dari bandara ini kami selanjutnya di ajak ke restoran untuk makan malam.  


Setelah menempuh perjalanan selama 1 jam, kami tiba disebuah restoran yang bernuangsa islam.  Dinding-dinding restoran in,i banyak dihiasi dengan lukisan lukisan kaligrafi. Disini kami mendapat perlakuan yang sangat baik dari pengelola restoran, walaupun mereka sangat mahal senyum seperti para pramugari Thai Airways tadi.  Kami semua makan dengan sangat lahap disini, walaupun makanannya terasa cukup aneh, seperti kebanyakan cuka.  Tetapi tidak apa, karena kami sudah sangat kelaparan, habis jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.

Tolong Bapak Abadikan Saya

Kata Putra-Putra Kami Ayu Batur



Direstoran ini,  penulis mendapat kesan yang sangat akan tidak terlupakan.  Setelah makan,  penulis ingin mencuci tangan di wostafel.  Tidak berselang lama penulis kembali ke meja makan.  Tetapi tiba-tiba penulis  disapa dengan seseorang, dengan memakai bahasa Indonesia.  Dari Indonesia mana bapak?, katanya. Dri Bali, kata penulis dengan sangat bangga. Setelah penulis  toleh, yang menyapa  ternyata seorang pria setengah baya, yang  berpaikan ala orang arab. Mereka semuanya berjumlah 6 orang dan mereka sangat pasih berbahasa Indonesia. Tututr katanya santun  sangat sopan tetapi berbelit-belit. Penulis sempat meladeni mereka bercakap-cakap, tetapi dalam benak penulis ini pasti rombongan astuti alias asli tukang tipu.  Dalam percakapan kami, penulis ditawari naik pesawatnya,  katanya mereka membawa pesawat pribadi ke Bangkok. 

Penulis tambah pasti, ini pasti rombongan hipnotis yang sering gentayangan di Indonesia. Maka itu penulis balik nawari mereka untuk naik bis ini, kebetulan masih ada 6 tempat duduk kata penulis.
Mungkin mereka tahu hipnotisnya tidak masuk, seketika mereka keluar dan naik kemobilnya.  Penulis juga bergegas membuntutinya, dan langsung naik di bis A.  Didalam bis penulis membisiki bapak Nyoman Sudana, bahwa orang itu mungkin tukang hipnotis, sambil penulis tunjuk orangnya. Mobilnya baru, sangat mewah, berwarna putih dan memakai plat nomor Thailand. Tidak berselang berapa lama, mobil mereka keluar dan kabur entah kemana.

Add caption
Kota Bangkok Dipagi Hari
Dilihat Dari Tingkat 4 Asia Bangkok Hotel

Setelah puas menyantap makanan, kami langsung di ajak ke “Asia Bangkok Hotel” sebuah hotel berbintang 4. Kunci kamar, segera dibagikan kepada masing-masing peserta.  Penulis sendiri menempati kamar 417 yang ada dilantai 4, bersama Bapak Made Sudana yang menjabat Kepala Dusun Tangtu.  Penulis sangat beruntung mendapat teman ini, karena sehari-harinya bekerja di hotel, sehingga beliau tidak canggung lagi akan suasana hotel.

Beliau mengajarkan penulis tentang seluk beluk hotel, mulai cara  membuka pintu dengan kartu, menghidupkan lampu, menghidupkan keran air panas dingin dan menghidupkan tv. Beliau juga mengingatkan pada penulis, apa-apa saja yang gratis dan apa-apa saja yang bayar di ruangan ini.  Betul-betul penulis sangat beruntung,  mendapat teman seperti ini.  Terimakasih Pak De Sudana.
 

Inilah Wajah Bapak Made Sudana
Yang Polos Itu


Pagi-pagi kami semuanya sudah berkumpul di lobi hotel, maklum jam 6 wita kami sudah di moning call. Tepat pukul 7.00 wita, restoran hotel mulai buka dan kami makan sepuasnya disini.  Betul-betul servis yang bagus dari Melati Tour.  Dari Asia Bangkok Hotel,  kami diajak ke Reclining Buddha atau Buddha tidur.
 


Menu Makanan Di Asia Bangkok Hotel
Adeng-Adeng Pak Urip


Ketika memasuki areal reclining Buddha, kami betuk-betul terkagum-kagum dengan keindahan kuil Buddha disini, betul-betul indah. Warnanya beraneka, bentuknya menjulang tinggi, arealnya terdiri dari beberapa komplek.  Disini penulis juga menemukan adanya Lingga Siwa.  Lingga Siwa ini nampaknya seperti tidak terurus. Ukurannya sangat kecil dibandingkan dengan patung-patung Buddha yang ada disini.

Letaknya persis dimuka patung buda.  Patung buddha ini, kelihatannya sangat kontras dengan lingga siwa ini. Patung buddha ini serba wah, ukurannya besar, warnanya beraneka, persembahannya banyak, ruangannya bersih. Sedangkan lingga siwa, hampir tidak terurus. Maklum. Di Thailand 80 persen penduduknya beragama Buddha, sehingga nasib lingga siwa disini hampir sama dengan patung Buddha di bali, kurang dikeramatkan.
 

Lingga Siwa
Diatas Kepala Penulis


Setelah penulis sujud di lingga siwa, penulis langsung menuju tempat Buddha tidur.  Tempat itu, Persis di sebelah barat lingga siwa, disini  ada sebuah ruangan yang paling disucikan disana. Didalamnya terdapat patung Buddha tidur atau wat pow.  Ukurannya sangat besar, panjangnya 47 meter dan tingginya 15 meter.  Katanya terbuat dari batu bata yang dilapisi emas murni, sehingga warnanya sangat indah.  Di dalam sudah banyak orang bergerombol terutama  tamu-tamu dari Tiongkok.




Kadus Kertagraha
Dengan Latar Belakang Buddha Tidur.

Disini kita  bisa meramalkan nasib bahkan bisa membuang sial. Caranya dengan memakai sejumlah koin yang bisa di beli disini.  Koin ini lalu di taruh pada mangkok yang sudah disediakan dibelakang patung Buddha.  Jumlah mangkok itu, sebanyak 108 buah, yang dijejerkan seukuran patung Buddha ini.  Pemandu mengatakan, apabila koinnya habis sebelum mangkok terakhir, berarti nasibnya baik, tetapi bila koinnya tersisa berarti nasibnya kuirang bagus. Hal ini mungkin untuk menghindari koin berkurang. Sehingga orang takut menyisasan koin dan membawanya pulang.  Penulis sendiri ikut membeli koin ramalan ini, tetapi tidak penulis taruh, tetapi penulis bawa pulang.  Hitung-hitung berkah sang Buddha.

Dari kuil Buddha tidur,  kami langsung menuju sungai chaophraya dengan berjalan kaki, karena letak penyeberangan ke chaophraya hanya beberapa ratus meter dari kuili.  Kami berjalan menyusuri jalan-jalan  kecil dan masuk ke sebuah pasar kecil. Dagang disini penampilannya hampir sama dengan dagang-dagang  di pasar badung, tetapi mereka sangat acuh seperti orang Thailan yang lain. Barang yang mereka jualpun hampir sama dengan di pasar badung, misalnya jajan-jajanan, daging ayam, bumbu bahkan ada yang menjual ikan teri atau gerang.

Di Beberapa kantor dan rumah, penulis juga melihat ada tempat-tempat  pemujaan Sang Buddha, dan yang menarik dari tempat pemujaan ini, juga ada persembahannya.  Persembahannya ini persis dengan persembahan orang Bali.  Misalnya ada daging bebek, jajan, air, bahkan ada minuman modern.  Disamping itu, setiap yang melewati tempat pemujaan ini, semuanya sujud nyakupang tangan kalih.



Tempat Pemujaan Buddha Dengan Aneka Persembahan
Ada Daging Bebek, Pisang, Jajan.
 
Setelah 10 menit berjalan kaki, kami tiba ditepi sungai chaophraya, airnya sangat besar, alirannya deras, warnanya pekat atau puwek, enceng gondok tumbuh dimana-mana.  Sampah non organik juga berserakan disini. Ehhh ternyata keadaan sungainya sama dengan kita di Indonesia.  Kalau boleh penulis bandingkan, keadaan sungai disini hampir sama dengan  sungai-sungai di bali pata tahun 1960 an. Nak seken-seken neee.





Sungai Chopraya Agak Sedikit Kotor Dan Putek
Juga Penuh Dengan Sampah




Pelangkiran yang berisi minuman botol
Dan Dihiasi Dengan Bendera Kerajaan


Setelah semuanya berkumpul, kami akan segera naik perahu. Untuk memudahkan pengawasan, kami naik perahu sesuai dengan urutan bis masing-masing.  Sehingga kami yang berasal dari  bis A, berada dalam satu perahu yang terdiri dari 30 orang termasuk keluarga Bapak Kepala Desa, yang didampingi oleh 2 orang pemandu.
 


Suasana Dalam Perahu Layar
Ketika Menuju Kuil Wat Arum Atau Kuil Fajar Menyingsing

Hulu sungai chaophraya sebenarnya ada  4 sungai yaitu sungai wang, sungai nan, sungai young dang sungai ping yang menyatu dan mengalir dari utara Thailand menuju daerah selatan Thailand dan bermuaran di teluk Siam.  Sungai Chaophraya sebenarnya merupakan sungai terbesar yang ada di Thailand.  Perahu yang kami tumpangi tidaklah terlalu istimewa, sama dengan perahu-perahu yang ada di danau batur.  Air sungai ini cukup deras, sehingga perahu agak sedikit bergoyang. Mula-mula  kami diajak melihat gerombolan ikan patin, kira-kira  500 meter ke arah utara dari tempat pemberangkatan.  Disini kami  berada kurang lebih 5 menit dan seluruh teman-teman nampaknya kurang bergairah melihat ikan. 
 



Gerombolan Ikan Patin
Di Sungai Chaophraya


Maka itu, kami langsung kembali kehilir dan bersandar di mukla kuil Wat Arum. Dari kejauhan, kuil ini terlihat sangat indah dan berkilauan.    Kuil ini didirikan oleh Raja Rama  II pada tahun 1767 dengan tinggi 74 meter.  Kuil ini dihiasi dengan pecahan-pecahan  keramik yang berwarna warni sehingga kelihatan sangat indah.  Pecahan keramik ini konon di beli di negara Cina.  Candi Wat Arum konon artinya fajar menyingsing. Dasar candi ini  terdiri dari balok-balok kayu besar yang ditebang dari gunung-gunung yang ada di Thailand. Kota Wat Arum ini sendiri  merupakan kota tua ketiga yang ada di Thailand.

Ketika turun dari perahu, kami dari rombongan bis A sempat berfoto bersama dimuka kuil ini. Anehnya yang memprakarsai foto bersama disini justru adalah orang-orang disini, maksudnya orang asli Thailand.  Kami diatur-atur disini, bahkan dengan suara agak keras, tanpa senyum lagi. Penulis pikir ini pasti ada apa-apanya, kok tumben ada orang sebaik ini. Ahh kalau di foto ya foto saja pikir penulis, langsung mengikuti arahan mereka.


DSC00316.JPG

Bapak Kades Dan Keluarga
Sempatnya Juga Memelukk

Foto2492.jpg

Perahu Yang Dipakai Menyeberang Ke Wat Arum
Sangat Sederhana

Setelah selesai foto bersama, kami langsung menuju kuil uttama yang jaraknya kira-kira 200 meter dari bibir sungai chaophraya. Luar biasa, itu kata-kata yang keluar dari teman-teman kami. Kuil ini memang luar biasa indahnya, menjulang tinggi, seperti mau menggapai langit.  Di pinggang candi, atau diketinggian 60 meter, penulis lihat sudah banyak orang yang naik kesana. Penulis agak ragu, apakah mau naik atau tidak?. Kata hati mengatakan naik saja, kapan lagi kalau tidak sekarang. Akhirnya penulis naik bersama-sama teman yang lain. Tetapi yang sampai di puncak hanya kami bertiga yaitu Kadus Tangtu, Kadus Biaung dan penulis sendiri. Cuma masalahnya, ketika penulis menginjakkan kaki-kaki ini pada tangga yang sangat kecil ini, tangga ini terasa lembek, kuil ini terasa bergoyang, bulu-bulu badan sudah pada berdiri, anggota badan terasa ditarik kebawah.  Ini betul-betul pengalaman yang sangat unik.  Senang, takut, ngeri, bangga, kagum semuanya menyatu menjadi kenangan tersendiri.


Foto2503.jpg

Sungai Chaophraya Dengan Latar Belakang Kota Bangkok
Dari Puncak Kuil  Wat Arum
Sekarang masalahnya, kalau mau turun.  Sepertinya lebih mudah waktu naik ketimbang akan turun. Ketika penulis mau turun, dada ini terasa bergetar, kepala rasanya kosong, betul-betul sesuatu yang sangat sulit. Tetapi untunglah teringat kata-kata orang bijak, kalau mau turun janganlah melihat kebawah, lihatlah dinding disamping. Ehhh benarjuga, walau lutut ini agak bergetar juga. Sambil menuruni tangga, penulis sempat melirik wajah-wajah Kadus Biaung dan Kadus Tangtu, nampak jelas  mereka sangat takut, wajahnya  pucat pasi.  Takut juga rupanya mereka.


Foto2508.jpg

Kadus Biaung dan Kadus Tangtu
Ketika Menuruni Anak Tangga Kuil Wat Arum


Ketika penulis turun dari puncak kuil, teman-teman yang lain nampaknya sudah menyerbu pedagang oleh-oleh.  Seperti yang sudah-sudah, keadaan agak gaduh dan penuh canda tawa.  Karena mereka saling walek sesame teman, maklum mereka satu rombongan di bis A, jadi sangat akrab. Penulis juga segera masuk toko oleh-oleh ini, ehhh semua dagang nampaknya bisa berbahasa Indonesia, betul-betul mengherankan.  Dan yang paling penulis herankan, uang rupiah juga mereka terima, bahkan lebih mahal dibandingkan dengan harga di Denpasar. Disini rupiah dihargakan 290 bat – 320 bat. Barang-barang yang dijual disini hampir semuanya kerajinan Thailand.  Penulis sempat membeli patung gajah yang terbuat dari lisin yang berwarna hijau, harganya Rp. 200.000,-


Foto2510.jpg

Bapak Kadus Kertagraha Sedang Serius Pilih Barang
Entah Apa yang Dipilihhhhhhhh

Setelah lelah berebelanja barang-barang gapgapan, penulis menyusuri jalan yang ada di muka dagang-dagang ini bersama Kadus Kertagraha. Para pedagang disini sangat acuh, kecuali kita masuk ketokonya baru ditawari.  Hal ini sangat lain dengan di Bali, dimana dagangnya teriak-teriak agar dibelanjai. Sambil menunggu teman-teman lain berbelanja, penulis sempat membeli kelapa Thailand.  Katanya sih sudah di bakar atau di tunu.  Rasanya sangat lain, seperti terasa air laut.  Aneh memang rasanya.

Setelah hampir 2 jam disini, kami akhirnya dipanggil oleh para pemandu agar segera kembali dan naik boat.  Sebelum tiba di tempat boat disandarkan, penulis lihat teman-teman berebutan sesuatu, apa kira-kira itu.  Setelah penulis dekati ternyata foto-foto kita sudah terpangpang dalam sebuah piring.  Nampaknya ini tujuan foto bareng tadi, pantes baik sekali mereka.  Foto bersama ini mereka kroping/potong perkepala dan di cetak di atas piring, harganya Rp. 80.000/buah. Kreatip sekali mereka, tetapi yang lebih kreatip tentulah teman-teman ini, buktinya semua membeli, padahal itu piring biasa. Ketika kami naik ke atas boat, ternyata ada teman kami yang belum naik, yaitu kadus Biaung, lagi-lagi kami mencari beliau dulu, ehhh ternyata beliau bersantai menikmati air kelapa metunu itu.

Dari sinii kami langsung menuju kota impian katanya, kota Pattaya. Jalan menuju Pattaya sangat lurus, halus, terbuat dari semen beton seperti jalan By Pass Prof. Ida Bagus Mantra di Bali.  Suasananya persis seperti jalan menuju Nusa Dua.  Bapak Ketut Lunga mengatakan kok seperti di Bali katanya. Memang dari kemarin kami tidak terasa di luar negeri, karena suasana dan orang-orangnya hampir sama dengan kita.


Foto2531.jpg

Jalan-Jalan Terbuat Dari Beton Semen
Seperti di Jalan By Pass Prof. Ida Bagus Mantra


Setelah 1.30 menit perjalanan, kami mampir di floating market, pasar terapung menurut bahasa kita. Kami semua bergegas ingin tahu, kayak apa sih pasar terapung ini.  Dalam pikiran kita pasar terapung itu seperti yang sering ditayangkan di layar kaca, semua pedagang memakai perahu untuk stand jualannya, sedangkan orang yang berbelanja meloncat dari satu perahu ke perahu yang lain.  Betul-betul seru nampaknya pasar ini, begitulah pikir penulis. Ketika penulis turun dari bis, ternyata yang disebut pasar terapung disini adalah pasar yang ada di atas kolam buatan, sangat jauh dari pikiran penulis sebelumnya.  Tamu-tamu manca negara  sangat banyak disini, terutama dari Indonesia dan Tiongkok.  Mereka sangat gaduh, nampaknya ini ciri khas tamu asia.


Foto2538.jpg

Pintu Masuk Pasar Terapung
Behh Cuma Telaga…..

Berhubung tidak ada istimewanya pasar ini, penulis memilih duduk-duduk di muka pasar, bersama-sama teman yang lain, sambil melihat-lihat sekeliling, mungkin saja ada barang-barang aneh disini. Betul saja, disebelah sini dijual sate buaya. Penasaran juga kami semua. Atas inisiatip Bapak Kadus Kertajiwa, akhirnya kami membeli sate buaya, bersama-sama kami menikmati sate buaya, harganya 20 bat per tusuk.  Kadus Kertajiwa membisiki kami, kata dagangnya.  Bagi orang-orang yang baru pertama kali makan daging buaya, selain orang Thailand, nanti malam pasti mimpi di cari buaya katanya. Saking penasarannya, penulis tanyakan langsung dengan dagangnya, sambil tersenyum dia bilang,  itu memang pasti, tetapi kalau menginap di Pattaya katanya dan buayanya pasti buaya perempuan. Hahaha kami semua tertawa. Sialan, dasar buaya darat.

Sebelum naik ke dalam bus, kami  sempat bercakap-cakap dengan Bapak Kepala Desa, pendapat beliau hampir sama dengan teman-teman yang lain.  Secara spesipik disini tidak ada istimewanya, tempat-tempat ini semuanya biasa, kelebihan mereka hanya dari segi pengelolaan saja. Betul-betul dikelola secara sungguh-sungguh. Dari pasar terapung ini,  kami langsung menuju Pattaya. Tetapi mendekati kota Pattaya bis A yang kami tumpangi mengambil jalur kanan, jalur yang dilarang  untuk mobi-mobil besar seperti bis dan truk.  Priiiiiiit  bis A kena tilang. Dengan gesit sang sopir nampaknya sudah mengetahui seluk beluk disini, dalam waktu tidak terlalu lama urusan sudah selesai, ehhh ternyata sama juga.



Foto2534.jpg

Prittttttttttt Bus A sempat kena tilang
Karena berjalan di jalur yang dilarang
Tenaaaang Kata Suthawi, ehh ternyata sama



Akhirnya  tepat pukul 6 Wita, kami sudah sampai di Pattaya dan langsung menuju tempat makan, tepatnya di restoran scala.


DSC00353.JPG

Siap Gerakkkkkk
Begitulah Kata Tokoh Masyarakat ini

 Pattaya sebenarnya merupakan kota kecil yang ada di tepian sungai dan didiami mula-mula oleh orang-orang islam. Pada jaman perang kamboja, kota ini banyak dikunjungi oleh geriliawan kamboja.  Baik untuk berlindung sebagai pelarian dan juga sebagai penyaluran seknya.  Kombaja sendiri, hanya berjarak 350 km dari Pattaya. Tetapi setelah perang selesai nampaknya Pattaya makin ramai dikunjunhgi oleh tamu-tamu manca negara, terutama oleh Bangsa Rusia.  Mungkin saja awalnya sebagai tempat nostalgia, bagi tentara Unisovyet yang dulu pernah berperang di Kamboja dan berkunjung ke Pattaya ini.  Saking pesatnya perkembangan kota Pattaya ini, maka banyak sekali penduduk asli Pattaya yang beragama islam menjual tanahnya, dan berpindah ke lain tempat.


DSC00356.JPG

Suasana Kota Pattaya
Disiang Hari,  Sepiiiiiiiiiiii

Pattaya sendiri secara tidak sengaja terbagi menjadi 3 daerah pariwisata.  Pattaya uttara biasanya dikunjungi oleh tamu-tamu yang ingin menyepi.  Di Bali mungkin saja seperti di daerah Sanur.  Pattaya tengah biasanya akan dikunjungi oleh tamu-tamu yang ingin berbelanja.  Di bali mungkin dapat disamakan  dengan kawasan daerah Nusa Dua. Sedangkan Pattaya selatan biasanya akan dikunjungi oleh tamu-tamu yang ingin menikmati kehidupan malam dan hura-hura, yaahhh sama dengan kawasan kutalah.

Setelah selesai makan, nampaknya ada perubahan acara sedikit. Pada mulanya, selesai makan akan langsung ke tempat pertunjukan Kabaret atau alcazar show atau pertunjukan yang semua pemainnya adalah bencong.  Yahh kalau di bali mungkin sama dengan arja muani.  Adanya perubahan acara ini, karena masih banyak ada waktu senggang.  Pemandu wisata menawarkan untuk menonton pertunjukan dewasa karena ada hal baru di Pattaya sekarang ini. Di Pattaya sebenarnya ada pertunjukan untuk orang-orang dewasa dan hanya boleh ditonton oleh orang-orang luar Thailand.  Maka itu, saudara Suthawi yang orang asli Thailand, tidak bisa banyak memberikan tentang isi pertunjukan ini. Justru yang memberikan banyak informasi adalah pemandu yang berasal dari Indonesia.  Beliau mengatakan, intinya adalah pertujukan biru tetapi live.

Dari pengamatan penulis, banyak sekali teman-teman yang antosias untuk menonton pertunjukan ini.  Setelah dihitung-hitung ada sebanyak 56 orang yang menonton pertunjukan ini.  Penulis memilih untuk tidak menonton, menemani teman-teman yang tidak ikut menonton. Penulis memilih untuk tidak menonton bukan karena apa-apa, tetapi memang karena tidak tertarik dengan pertunjuklan seperti ini.  Hal ini mungkin saja terpengaruh, karena penulis mempunyai 4 adik pertempuan dan selalu berpikir bagaimana kiranya salah satu itu adalah adik penulis.  Maka itu, dari dulu penulis kurang menyenangi hiburan-hiburan yang mengekploitasi perempuan dari sisi negatipnya.  Disamping itu penulis juga tidak menyenangi pertunjukan-pertunjukan yang mengekploitasi teman-teman yang cacad dari kekurangannya. Maka itulah, penulis memutuskan untuk tidak menonton pertunjukan ini.

DSC00361.JPG

Saudara Suthawi memberikan Pengarahan
Jangan Sampai meninggalkan Istri Katanya…..Serius.

Setelah teman-teman masuk arena pertunjukan dewasa itu, saudara Suthawi sebagai pemandu kami, mengajak teman-teman yang tidak menonton untuk langsung ketempat pertunjukan cabaret.  Kami langsung naik bis dan langsung menuju tempat pertunjukan cabaret. Tetapi ditengah perjalanan, teman kami Bapak Jagri,  Kadus Br. Tohpati mengatakan istrinya ketinggalan. Kami semua langsung kawatir, apalagi melihat wajah teman kami pak Jagri sangat pucat,  yaah seperti kalah meceki nampaknya.  Setelah cek dan ricek ternyata ada 4 orang yang tertinggal di rumah makan. Tetapi dengan cepat masalah ini di ambil alih oleh Bapak Ida Bagus…………sebagai penanggung jawab tour.  Beliau mengatakan akan menjemput sendiri yang tertinggal ini, sedangkan bus yang membawa kami langsung ke tempat pertunjukan cabaret.

Setibanya ditempat pertunjukan, kami semua kawatir, apalagi teman kami Bapak Jagri, jelas beliau tidak banyak komentar.  Beliau betul-betul seperti orang kalah berjudi jutaan rupiah.  
Sambil menunggu teman-teman yang ketinggalan ini, pemandu memberikan brifing dan membagikan tiket masuk.  Penonton disini betul-betul sangat ramai, terutama tamu-tamu Tiongkok, rusia dan tentunya Indonesia.  Ini penulis kenali dari pembawaan mereka. Kalau tamu cina selalu berbicara serius dengan temannya dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.  Kalau orang rusia, raut mukanya agak garang dan kulitnya berwarna kekuningan.  Kalu orang Indonesia, percapakan mereka sesekali pasti diselingi dengan tawa.


DSC00362.JPG

Sambil Menunggu Teman Yang Ketinggalan,
SMS Dulu  Ahhhhhhhhhh

Setelah setengan jam menunggu, teman kami yang ketinggalan sudah muncul. Wajah cerah mulai nampak pada teman-teman kami. Sedangkan Bapak Jagri masih terlibat pembicaraan sengit dengan istri.  Mungkin istrinya protes kenapa beliau di tinggal, tetapi dengan alasan yang masuk akal akhirnya mereka berdamai.  Pak jagriiii siapa tidak tahu.

Tepat pukul 09 wita pertunjukan akan dimulai, penonton sudah mulai masuk ruang pertunjukan.  Penulis sendiri mendapat tempat ditribun pada deretan korsi paling depan. Panggungnya sangat megah dan luas, nampaknya sudah dipersiapkan secara matang. Tidak berapa lama pertunjukan dimulai, yang diawali dengan 4 orang penari dihiasai dengan lampu yang sangat spektakuler, apalagi panggungnya ditata sangat apik.  Ada sepuluh tarian dan ditutup dengan tarian klasik Thailand, yang ditarikan oleh 25 orang penari. 



DSC00370.JPG

Kabaret yang seleuruh Penarinya Setengah Laki-Laki
Alias Bencong …………


Pada tari yang kelima, bahkan mempertontonkan tari serampang dua belas yang berasal dari Palembang, bahkan lagu ke sembilan adalah nyainyian dangdut yang merupakan nyanyian khas Indonesdia. Jumlah penari seluruhnya adalah 73 orang yang semuanya diperankan oleh para wadam atau manusia setengah-setengah. 

Kalau saja pemandu wisata tidak menginformasikan bahwa itu adalah manusia setengah laki-laki, kami semnua tidak akan pernah menduga.  Wajahnya sangat cantik, kulitnya mulus, badannya bagus gemulai, jarinya lentik, kakinya peminim seperti kaki belalang, mulutnya seksi, betul-betul seperti wanita sempurna.







Kabaret ini Betul-betul pertunjukan yang luar biasa, sehingga kami ntidak terasa pertunjukan sudah berlalu satu jam lamanya. Kami semua merasa puas dan puas dan terpuaskan.


DSC00372.JPG

Suasana Setelah Selesai Pertunjukan
Foto Dulu Kapan Lagiiiiiiiiiiiii


Tanpa komentar banyak, rombongan langsung cek in di hotel Sunbeam, hotel berbintang 4 di Pattaya. Disini kami mendapat kamar 412 di lantai 4 bersama bapak Kadus Tangtu. Begitu habis mandi, kami semua keluar hotel untuk melihat-lihat kehidupan malam di Pattaya.  Ketika kami melangkahkan kaki dari halaman hotel, kami sudah melihat pertunjukan malam di sepanjang jalan ini.  Betul-betul sebuah kehidupan modern, kehidupan yang bebas tanpa halangan. Pesta dimana-mana, perempuan-perempuan setengah telanjang lalu-lalang, tetapi sangat acuh, tidak seperti perempuan malam di Indonesia yang biasanya agak monyer, over acting  dan genit. Lelaki-lelaki Rusia hampir ada dimana-mana, seperti tamu australia di Kuta Bali. Beberapa teman kami ada yang langsung keluar hotel, melihat sekeliling kota Pattaya. Penulis dengan beberapa teman memilih nongkrong di muka hotel ini, sangat ramai, karena ada 5 bar dan beberapa stand hiburan malam disini.

Penulis nongkrong disini sampai pukul 2.00 wita dini hari disini, sampai mata ini lelah melihat kehidupan malam Pattaya.  Tepat pukul 2.30 Wita penulis merebahkan diri di tempat tidur, dengan doa semoga tidak bermimpi dicari buaya, seperti cerita dagang sate buaya di pasar terapung tadi siang.





I.       Hari Kedua Tanggal 7 Juni 2013
Seperti biasanya, moning call tepat pukul 5.00 wita. Akhirnya kami semua sudah siap di lobby hotel pukul 07.00 wita. Sambil menikmati makan pagi, semua teman-teman  kami berceloteh tentang kehidupan malam di Pattaya. Keadaan agak  sedikit gaduh, tapi tidak apa-apa, maklum orang Bali, dari kesiman kertalangu lagi.

Tepat pukul 08.00 wita kami sudah berangkat, kali ini akan mengunjungi Bee Farm Natural Honey Store, sebuah peternakan lebah. Disini kami turun, tamu-tamu dari negara lain juga sudah kelihatann disini.  Disini kami disambut oleh pemandu setempat dan sangat pasih berbahasa Indonesia.  Dia mengatakan, dia sendiri berasal dari medan, pantas pintar berbahasa Indonesianya.

Mula-mula kami diajak melihat sarang lebah, lalu ada demo tentang manusia lebah.  Hal ini nampaknya hal yang biasa di Bali, seperti peternakan lebahnya pak oles di jalan Waribang.  Setelah ini, kami diajak kesebuah ruangan yang berkapasitas kira-kira  100 orang, semacam ruangan kuliah di Universitas.


DSC00342.JPG

Kalau Di Thailand Madu Itu Diternak Lhoo
Bukan Dipelihara Di Tempat Sepi Seperti Di Indonesia

Dengn sangat gesitnya mereka memaparkan tentang kegunaan madu, riwayat dan kelebihan  royal jelly,  juga keistimewaan pollen. Mereka juga memaparkan kelemahan-kelemahan  madu Indonesia dan kelebihan-kelebihan madu bangkok.  Madu Bangkok katanya diternakkan di daerah segitiga emas antara, Thailand, Kamboja dan Laos.  Dimana disini banyak terdapat tanaman opium, yang menyebabkan madunya sangat baik untuk kesehatan. Mereka juga mendemontrasikan cara-cara mengetahui madu asli. 


Ada 3 cara mengetahaui madu asli, pertama dengan jalan menyendok lalu angkat dan tuangkan.  Apabila alirannya putus, itu berarti madunya mengandung air dan sebaliknya.  Cara kedua, dengan jalan mencampur madu dengan air, apabila madu itu menbentuk kotak-kotak seperti rumah lebah, itu berarti madunya baik dan sebaliknya. Yang ketiga,  madu yang baik adalah tidak ada endapan.  



DSC00351.JPG

Ini Lhoo Madu Lebah Yang Asli
Kayak Gini


Padahal di Indinesia ada cara-cara untuk memilih madu asli dan tidak asli.  Caranya gampang, bawa saja madu itu pulang kerumah, apabila pipi kita ditampar sama istri, itu pasti madu asli, dijamin 100 persen. Tetapi dengan gesit mereka juga memberikan tip tentang cara-cara penyimpanan madu yang baik. Kalau madu Bangkok dapat disimpan dimana saja.  Lain halnya madu Indonesia, hanya baik disimpan ditempat yang sepi katanya.  Sialan pikir penulis, pinter juga dia membuat plesetan.

Begitu pintarnya dia menguraikan kelebihan-kelebihan produk mereka, makanya pada akhir acara, teman-teman sudah pada berebut untuk membeli.  Penulis juga akhirnya membeli satu produk, yaitu madu.   Ini tentulah madu palsu, tidak asli.  Sehingga gampang menyimpannya nanti dirumah, tidak perlu disimpan ditempat sepi.

Setelah satu jam bercengkraman dengan lebah, kami langsung menuju Supatra Land Fruit Garden.  Sebuah perkebunan yang cukup besar di Thailand, dengan luas lahan 1.500 hektar. Ketika memasuki areal ini memang terlihat pohon-pohon palm yang di tata rapi sepanjang jalan ini.

Setelah masuk kurang lebih 500 meter, kami langsung digiring ke sebuah panggung hiburan.  Disini dipentaskan tari-arian  traditional Thailand, pakaiannya bagus-bagus, sepetri pakaian raja-raja Thailand.  Gerakan tarinya seperti tari Toraja yang ada di Sulawesi.  Setelah itu diperagakan Thai Boxing oleh pemuda-pemuda setempat dan ditutup dengan tarian gajah.


DSC00391.JPG

Disini Dipentaskan Tari Tradisional Thailand
Semua Penarinya Adalah Perempuan dan Laki-Laki Asli

Setelah ditutup dengan tarian gajah, kami lalu pindah ke panggung gajah, karena panggung ini khusus mementaskan kepintaran gajah.  Disini baunya sangat khas tai gajah.  Banyak teman-teman tidak kuat menghirup bau tai gajah ini, makanya merteka memilih keluar dan makan di restoran yang telah disediakan.  Penulis sempat juga mengikuti sebentar pertunjukan ini, karena atraksi gajah ini sama dengan atraksi gajah yang ada di Taro, maka penulis memutuskan untuk keluar.


DSC00394.JPG

Disini Khusus Dipertunjukkan Kepintaran Gajah
Makanya kalau Mau Pintar Masuk Saja Sekolah Gajah
Dari pertunjukkann gajah ini penulis langsung makan direstoran, makanannya melimpah, enak yaaah pokoknya memuaskan. Dari sini kami langsung ke Bangkok lagi, tetapi kami sempat juga singgah di sebuah tempat yang namanya penulis tidak tahu.  Disini ada sebuah bukit yang kiskis, sehingga sisinya yang menghadap keselatan jadi datar.  Pada sisi yang datar ini diisi lukisan Sang Buddha. 

Lukisan ini terbuat dari emas murni seberat 150 kg. Makanya lukisan ini kelihatan kuning bekilau dan sangat indah.  Betul-betul kreatifitas yang tinggi dari sebuah bangsa. Disini kami hanya sekitar 30 menit dan selanjutnya langsung menuju Dried Food Market.  Semacam toko oleh-oleh khas bali di Bali. 


DSC00414.JPG

Bapak Wayan Warka Dan Ibu
Sempat Berfotoria Dengan Latar Belakang Buddha Emas


Disni barang-barang agak mahal, mungkin untuk tip para pemandu wisata, seperti bali.  Walaupun harga agak mahal, tidak menyurutkan  teman-teman untuk berbelanja.  Buktinya hampir semua membawa tas jinjing yang berisi beraneka barang-barang.  Sedanghkan Penulis cukup mencicipi makanan contohnya saja, kan gratis itu, terimakasih.


DSC00385.JPG

Suasana Di Dalam Ruang Pertunjukan
Penulis Tidak Tahu Apa Itu Yang Bulat Putih
Yaaahhhhhhhh Pokoknya Penampakan


Dari sini kami langsung menuju restoran terbesar didunia, untuk makan malam, walaupun waktu baru menunjukkan pukul 14.00 wita.  Restoran ini dikelilingi dengan kolam dan dibelakangnya terdapat restoran bertingkat 7 seperti pagoda.  Semua pelayannya memakai sepatu roda, bahkan untuk ruangan-ruangan tertentu pelayannya berjalan dengan bergelayutan di tali tambang.  Betul-betul sangat menarik.  Kursi yang tersedia disini, seluruhnya berjumlah 5000 buah.  Di pintu masuk restoran ini terpangpang piagam Guiness Book.


DSC00427.JPG

Piagam Guiness Book
Untuk Restoran Terbesar Di Dunia

Sambil menunggu hidangan datang, Bapak Kepala Desa yang didampingi, Ketua BPD dan Ketua LPM serta  tokoh-tokoh masyarakat seperti bapak Wayan Warka  memberikan arahan kepada kami semua, yaah semacam rapat akbar. Beliau-beliau menekankan agar kami semua bisa mengambil mamfaat dari perjalanan ke Bangkok ini, minimal dapat diterapkan pada lomba desa mendatang di tahun 2014.

Khusus untuk para Kadus, disarankan agar membuka telinga, hidung dan mata lebar-lebar agar bisa membawa banjar mereka masing-masing kearah yang lebih baik dari sekarang. 



DSC00438.JPG

Suasana Sebelum Makan Di Restoran Terbesar Di Dunia


Setelah rapat ditutup, melati tour memanggil dua orang peserta untuk tampil kemuka.  Kedua orang ini tampak tegang, apa kira-kira yang terjadi. Tampaknya  melati tour ingin memberikan kejutan kepada dua orang peserta ini.

Setelah ditunggu beberapa menit, dua penari Thailand membawa 2 buah kue ulang tahun.  Ternyata hari ini adalah ulang tahun mereka masing-masing.  Mungkin ini adalah HUT mereka yang paling berkesan dan tidak akan pernah terlupakan. Sebuah kejutan, yang diberikan oleh melati tour.

Tetapi kejutan yang kedua nampaknya datang lagi, kali ini kejutan untuk kami semua. Kami semua disuguhi makan duren bangkok sepuasnya oleh melati tour.  Kali ini semua peserta terpuaskan.


DSC00444.JPG
 
Manusia Kungfu Bergelayutan Di Tali/Tambang
Sambil Membawa Ucapan Selamat Datang


Tepat Pukul 6.30 ada semacam penyambutan yang dipersiapkan oleh melati tour untuk peserta tour bangkok.  Seorang berpakaian ala pemain kungfu, membawa sepanduk selamat datang Desa Kertalangu, bergelayutan di tambang, yang menghubungkan kuil dengan restoran terdepan.  Betul-betul pertunjukan yang spektakuler dan sangat  memuaskan.

Setelah selesai pertunjukan ini, kami langsung menuju kota Bangkok.  Ketika tiba dipinggiran  kota Bangkok, lampu-lampu penerangan jalan sudah mulai menyala, berarti dunia sudah menunjukkan malam hari. Tepat pukul 20.00 wita kami semua turun di MBK (Mall Bangkok) sebuah pusat perbelnajan terbesar di Bangkok.  Teman-teman langsung menyebar keseluruh areal MBK. Penulis dengan beberapa teman hanya berkeliling disekitar tempat masuk tadi, takut tersesat.  Suasana MBK ini hampir sama dengan pusat-pusat perbelanjaan yang ada di Indonesia. Di MBK ini uang  rupiah bias  diterima.

Tepat pukul 22.30 Wita seperti waktu yang telah ditentukan, semua teman-teman sudah berkumpul persis dimuka stand Pakaian “Narayana”. Dari MBK kami langsung masuk hotel “Asia Bangkok Hotel”. Penulis sendiri sekarang mendapat kamar 917 di tingkat Sembilan.  Setelah selesai mandi, penulis bersama Kadus Tangtu, keluar lagi untuk makan malam.  Disini banyak sekali ada dagang-dagang makanan seperti di Bali, yaah persisi seperti dagang sambal lalapan. Penulis segera masuk kesebuah dagang yang memakai tenda, mereka bertanya dengan bahasa Thailand, kami menyaut dengan bahasa Indonesia,  yaah sapih sudah, kayak pilgub Bali. Akhirnya dia mengeluarkan kalkulator, baru bisa dimengerti.  Penulis pesan nasi goreng biar gampang, harganya 58 bath, jadi sekitar Rp. 20.000,- Selesai makan langsung menuju kamar, tidur pulas. 

II.     Hari Ketiga, 09 Juni 2013

Berhubung pesawat akan mengudara pukul 09.15 Wita, maka jam 05.00 wita  kami sudah cek aut dari hotel.  Makan pagi diberikan dalam bentuk nasi kotak di dalam bis.  Jam 06.00 wita kami sudah sampai di Bandara Swarna Bumi.  Penumpang sangat ramai, makanya pengurusan bagasi cukup lama.  Tetapi teman-teman nampaknya sangat menikmati keadaan ini.  Suasana tetap saja seperti semula, penuh canda ria.  Beberapa teman bahkan sempat jeprat-jepret disekitar ini.

Setelah  pengurusan bagasi selesai, kami diantarkan oleh pemandu melati tour langsung ke dalam pengurusan passport, sehingga kami tidak menemui kesulitan sedikitpun.  Melati Tour betul-betul memanjakan kami semua. Tidak sampai satu jam, kami semua sudah menyelesaikan pengurusan passport dan langsung manuju ruang tunggu.  Sambil menunggu pemberangkatan, kami sempat melihat disekitar bandara.  Betapa besarnya bandara ini, pesawat yang parkir juga banyak sekali.  Bangunannya megah, bersih dan rapi.  Betul-betul sebuah bandara internasional yang dapat dibanggakan oleh bangsanya. Seperti penulis katakan dimuka, ketika akan berangkat, penulis merasa Bandara Ngurah Rai adalah Bandara paling besar didunia.  Behh setelah melihat bandara Swarna Bumi, bandara kita ternyata belum ada apa-apanya. Apalagi dari segi kebersihannya, jauhlah pokoknya. 



DSC00462.JPG

Saking Lelahnya Kadus Kertajiwa
Baru Saja Duduk Eehhhhh Sudah Tidur,
Tahu-Tahu Sudah Di Indonesia

Tepat pukul 9.45 kami dipanggil untuk naik pesawat Thai Airways dengan kode penerbangan Tg431. Setelah menempuh 4 jam penerbangan, kami akhirnya mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Ngurah Rai.  Pesawat  akan mendarat dari arah barat bandara, sekarang pesawat sudah mulai menurun, para nelayan kedonganan sudah tampak jelas dan akhirnya pesawat mendarat dengan sangat indahnya.  Saking indahnya seluruh penumpang bertepuk tangan, termasuk kami dari desa Kesiman Kertalangu.   Hebat…………..kata kami semua

Turun dari pesawat kami langsung menuju ruang pemeriksaan passport, biasaaa suasana agak gaduh sepanjang perjalanan kami.  Bahkan kami sempat ditegor oleh petugas bandara, tetapi kami serentak mengatakan kami orang bali……….Akhirnya kami diberikan keluar tanpa pemeriksaan lagi, mungkin mereka ngekoh dengan kami-kami yang kelihatan sudah tisak sabar lagi sampai di rumah masing-masing.


DSC00471.JPG

Suasana Di Dalam Pesawat Thai Airways
Dalam Perjalanan Pulang Ke Indonesia

Dari Bandara kami diangkut dengan 3 bis, dan akhirnya sampai di desa Budaya Kertalangu. Beberapa keluarga yang akan menjemput nampaknya sudah ada yang menanti disini. Setiap keluarga yang datang menjemput, nampaknya sangat gembira semua. Bapak Kepala Desa sangat sibuk mengecek dan mengawasi seluruh peserta, sampai seluruh peserta pulang kemasing-masing keluarganya.  Dari pengamatan penulis, dari melati tour juga masih ada disini.  Sekali lagi kami katakan, Melati Tour betul-betul bertanggung jawab terhadap kami semua, sampai kami pulang semua.

Setelah teman-teman pulang semua, akhirnya penulis pulang diantar oleh Bapak Kadus Biaung Asri, terimakasih bapak atas perhatiannya.

III.  Kesimpulan

a.      Banyak sekali mamfaat yang bisa kita petik dari perjalanan  ini, misalnya bagaimana mengemas obyek pariwisata agar bisa layak jual.
b.      Secara keseluruhan perjalanan ini sangat menyenangkan dan memuaskan. Karena semua tujuan utama sudah  tercapai, kecuali kunjungan ke Madame Tussaaud`s yaitu tempat patung lilin tokoh-tokoh dunia.
c.       Dari segi wisata, perjalanan ini kami anggap sangat menyenangkan dan sangat sukses walaupun ada sedikit kekurangan-kekurangan.
d.      Bagi biro perjalanan Melati Tours, walaupun ada kekurangan di sana sini, tetapi secara umum sangat sukses, apalagi kami di Bis A mendapat pemandu yang sangat menguasai dan mengerti tentang sejarah dan keadaan kota Bangkok.



IV.          Saran
Bagi siapa saja yang mengelola perjalanan ini, hendaknya di waktu yang akan datang, dapat meningkatkan lagi pelayanannya, terutama pada saat perjalanan jauh, sehingga peserta tidak merasa jenuh, terutama peserta yang tidak bisa tidur di dalam bis.  Selamaatttttttttttttttttttt Ratu Aji, suksma banget, dumogi benjang pungkur presida sareng-sareng malih. Om Santi, Santi, Santi, Om.